BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Penyakit
Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina
Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di
seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian Lebih dari 1000
meter di atas permukaan air laut. Penyakit DBD sering salah didiagnosis dengan
penyakit lain seperti flu atau tipus. Hal ini disebabkan karena infeksi virus
dengue yang menyebabkan DBD bisa bersifat asimtomatik atau tidak jelas
gejalanya (Kristina, 2004).
WHO memperkirakan sebanyak 2,5 sampai 3 milyar
penduduk dunia berisiko terinfeksi virus dengue dan setiap tahunnya terdapat
50-100 juta penduduk dunia terinfeksi virus dengue, 500 ribu diantaranya
membutuhkan perawatan intensif di fasilitas pelayanan kesehatan. Setiap tahun
dilaporkan sebanyak 21.000 anak meninggal karena DBD atau setiap 20 menit
terdapat satu orang anak yang meninggal (Depkes RI, 2008).
Data dari seluruh dunia
menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap
tahunnya. Diperkirakan untuk Asia Tenggara terdapat 100 juta kasus demam dengue
(DD) dan 500.000 kasus DHF yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90%
penderitanya adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun dan jumlah
kematian oleh penyakit DHF mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian setiap
tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara dan
tertinggi nomor dua di dunia setelah Thailand.
Penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di
Surabaya pada tahun 1968 dengan jumlah kasus
terinfeksi sebanyak 58 kasus, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972. Sejak
itu penyakit tersebut menyebar ke berbagai daerah, sehingga sampai tahun 1980
seluruh propinsi di Indonesia kecuali Timor-Timur telah terjangkit penyakit.
Sejak pertama kali ditemukan, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat
baik dalam
jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit dan secara sporadis selalu terjadi
KLB setiap tahun. Kasus DBD setiap tahun di Indonesia terus meningkat
dan bahkan makin merajalela dengan pemanasan global.
Menurut Depkes RI pada
tahun 2008, dijumpai kasus DBD di Indonesia sebanyak 137.469 kasus dengan CFR
0,86% dan IR sebesar 59,02 per 100.000 penduduk, dan mengalami kenaikan pada
tahun 2009 yaitu sebesar 154.855 kasus dengan CFR 0,89% dengan IR sebesar 66,48
per 100.000, dan pada tahun 2010 Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD
di ASEAN yaitu sebanyak 156.086 kasus dengan kematian 1.358 orang (Kompas,
2010). Tahun 2011 kasus DBD mengalami penurunan yaitu 49.486 kasus dengan
kematian 403 orang (Ditjen PP & PL Kemkes RI, 2011).
Menurut Murti (2003), penyakit secara klasik digambarkan
sebagai hasil dari segitiga epidemiologi. Teori segitiga epidemiologi menjelaskan
bahwa timbulnya penyakit di sebabkan oleh adanya pengaruh factor penjamu (host),
penyebab (agent) dan lingkungan (environment) yang di gambarkan sebagai
segitiga. Perubahan dari sektor lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga
akan timbul penyakit secara individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami
perubahan tersebut. Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan
dengan lingkungan.
Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku
hidup bersih sehat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor presdiposisi dimana
ada kepercayaan, faktor lingkungan, dan dari individu (pengetahuan, sikap,
tindakan). Untuk faktor pendukung terdiri dari tersedianya fasilitas kesehatan
dan tingkat ekonomi keluarga serta faktor pendorong terdapat sikap dan perilaku
petugas kesehatan, sikap dan perilaku tokoh masyarakat serta sikap dan perilaku
keluarga itu sendiri.
Perilaku masyarakat mempunyai peranan
cukup penting terhadap penularan DBD. Namun perilaku tersebut harus didukung
oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan yang benar sehingga dapat diterapkan
dengan benar. Sekarang ini masih ada anggapan berkembang di masyarakat yang
menunjukan perilaku tidak sesuai seperti anggapan bahwa DBD hanya terjadi di
daerah kumuh dan PSN tidak tampak jelas hasilnya dibanding fogging.
Anggapan seperti ini sering diabaikan, padahal sangat berpengaruh terhadap
perilaku masyarakat dalam mengambil keputusan khususnya terhadap penularan DBD.
1.2. Tujuan
1) Untuk
mengetahui pengertian dari penyakit Demam Berdarah Dengue
2) Untuk
mengetahui penyebab terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue
3) Untuk
mengetahui cara transmisi penularan penyakit Demam Berdarah Dengue
4) Untuk
mengetahui cara pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue.
BAB
2
ISI
2.1. Defenisi kasus Demam Berdarah Dengue
A. Defenisi
penyakit DBD
Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti. Penyakit DBD
dapat menyerang semua umur/orang. Sampai saat ini penyakit DBD lebih banyak
menyerang anak-anak, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan proporsi
penderita penyakit
DBD pada orang dewasa.
B. Penyebab
penyakit DBD
Penyebab
penyakit ini adalah virus dengue yang sampai sekarang dikenal ada 4 tipe (tipe
1, 2, 3dan 4), termasuk dalam group B Anthropod Borne Virus (Arbovirus),
keempat virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Penelitian
di Indonesia menunjukkan Dengue tipe-3 merupakan serotype virus yang dominant
yang menyebabkan kasus yang berat. Masa inkubasi penyakit demam berdarah dengue
diperkirakan ≤ 7 hari.
C. Model hubungan kausal penyakit DBD
1) Single causa
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dan nyamuk dengue.
2)
Multiple causa
Penyakit demam
berdarah ini disebabkan karena banyaknya sampah yang digenangi air sehingga nyamuk dapat berkembang biak dan kurangnya kesadaran
manusia terhadap kesehatan lingkungan.
D. Tanda dan Gejala Penyakit DBD
1)
Demam
Penyakit ini didahului oleh demam tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung
2-7 hari, kemudian turun secara cepat.
2)
Tanda-Tanda
Pendarahan
Sebab pendarahan pada penderita
penyakit DBD ialah: (a) Trombositopeni;
(b) Gangguan fungsi trombosit.
3)
Hepatomegali
(Pembesaran Hati)
Sifat pembesaran hati, antara
lain : (a) Pembesaran hati pada umumnya
dapat ditemukan pada permulaan penyakit; (b) Pembesaran hati tidak sejajar
dengan beratnya penyakit; (c) Nyeri tekan sering kali ini ditemukan tanpa
disrtai ikterus.
4)
Renjatan
(Shock)
Tanda-tanda renjatan, antara
lain : (a) Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki; (b)
Penderita menjadi gelisah; (c) Sianosis disekitar mulut; (d) Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba; (e) Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang); (f) Tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
Sebab renjatan dapat
dikarenakan : (a) Perdarahan; (b) Kebocoran
plasma ke darah ekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak.
5)
Trombositopeni
Kriteria dari trombositopeni dapat
diketahui dari : (a) Jumlah trombosit di bawah
150.000/mm3 biasanya ditemukan diantara heri ketiga samapi ke tujuh sakit; (b) Pemeriksaan trombosit dilakukan minimal dua kali, Pertama pada
waktu pasien masuk dan apabila normal diulangi pada hari kelima
sakit. Bila perlu diulangi lagi pada hari ke 6-7 sakit.
6)
Hemokonsentrasi
Meningkatnya nilai hematokrit
(Ht) merupakan indikator yang peka terhadap akan terjadinya renjatan sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan berulang secara periodik.
7)
Gejala Klinik
lain
Dapat dilihat melalui : (a) Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita penyakit DBD ialah
anoreaksi, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi dan kejang;
(b) Pada beberapa kasus terjadinya kejang disertai hiperpireksia dan penurunan
kesadaran sehingga sering di diagnosa sebagai ensefalitis. Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan
gastrointestinal dan renjatan.
E. Diagnosa penyakit DBD
Diagnosa penyakit DBD ditegakkan jika
ditemukan: (1) Demam tinggi mendadak, tanpa
sebab jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari; (2) Tanda perdarahan;
(3) Pembesaran hati; (4) Thrombositopeni (150.000/mm3 atau kurang); (5) Hemokonsentrasi
yang dapat dilihat dari meningginya hematokrit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematokrit selama dalam perawatan.
Dengan patokan ini, 87%
penderita yang tersangka penyakit DBD ternyata diagnosanya tepat (dibuktikan
dengan pemeriksaan serologi).
2.2. Konsep segitiga epidemiologi
terjadinya penyakit DBD
Timbulnya suatu penyakit dapat
diterangkan melalui konsep segitiga epidemiologi, yaitu adanya agen (agent),
host dan lingkungan (environment).
A.
Agent (virus dengue)
Agent
penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus
Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe
virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue
ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus
akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tesebut penderita merupakan
sumber penular penyakit DBD.
B. Host
Host
adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor
yang mempengaruhi manusia adalah :
1)
Umur
Umur
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue.
Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur
beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epidemi dengue di
Gorontalo kebanyakan anak-anak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan
Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara
5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang
anak-anak di bawah 15 tahun.
2) Jenis
kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan
kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender).
Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di
Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara
laki-laki dan perempuan, Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak
laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.
3)
Nutrisi
Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat
ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi
yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi apabila gizi yang buruk mempengaruhi
penurunan antibodi dan karena ada reaksi antigen pada tubuh maka terjadi
infeksi virus dengue yang berat.
4)
Populasi
Kepadatan penduduk yang tinggi akan
mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang
berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.
5)
Mobilitas penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan
penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor
yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South
Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer an angkatan
udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalur penyebaran virus
dengue (Sutaryo, 2005).
C.
Lingkungan (environment)
Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya
penyakit dengue adalah:
1)
Letak geografis
Penyakit akibat infeksi virus dengue
ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan
subtropik yang terletak antara 30° Lintang Utara dan 40° Lintang Selatan
seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian
sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi, 2006).
Infeksi virus dengue di Indonesia
telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang
dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan
penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (viffdaagsekoorts)
kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian
karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot,
nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut
masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik
maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu
negara ke negara lain (Hadinegoro dan Sutari, 2002).
2)
Musim
Negara dengan 4 musim, epidemi DBD
berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim
dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di
Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa
minggu setelah musim ujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama
musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut
menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh
lingkungan yang baik untuk masa inkubasi.
2.3. Transmisi penularan penyakit DBD
Penularan
penyakit DBD memiliki tiga faktor yang memegang
peranan pada penularan infeksi virus, yaitu manusia,
virus dan vector
perantara. Mekanisme penularan penyakit DBD dan tempat
potensial penularannya adalah sebagai berikut :
A. Mekanisme penularan DBD
Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus
dengue merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7
hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular,
maka virus dalam tubuh akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk.
Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan
tubuh nyamuk, termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap
darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi
ekstrinsik). Virus ini akan berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya.
Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelumnya
menghisap darah nyamuk akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis),
agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus dengue
dipindahkan dari nyamuk ke orang.
B. Tempat potensial bagi penularan DBD
Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang
terdapat nyamuk penular, oleh karena itu temapat yang potensial untuk terjadi penularan
DBD adalah : (1) Wilayah dengan
banyak kasus DBD ( rawan/endemis); (2) Tempat-tempat umum yang menjadi tempat
berkumpulnya orangorang yang datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya
pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar. tempat-tempat tersebut
adalah seklolah, RS/Puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lain, serta tempat
umum lain seperti hotel, pertokoan, pasar, restoran, dan tempat ibadah; (3)
Pemukiman baru di pinggir kota. Penduduk pada lokasi ini umumnya berasal dari
berbagai wilayah maka ada kemungkinan diantaranya tedapat penderita yang
membawa tipe virus dengue yang berbeda dari masing-masing lokasi.
2.4. Tahap-tahap Riwayat alamiah penyakit DBD
Riwayat alamiah suatu penyakit
pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut :
A. Tahap prepatogenesis
Pada tahap ini, individu berada dalam keadaan normal/ sehat tetapi mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan
terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of susceptibility).
Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara
penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar
tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana para
kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu.
B. Tahap patogenesis
1) Tahap inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit
ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbul gejala
penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan
penyakit lainnya.
2) Tahap dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya
ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada
gangguan patologis, walaupun penyakit masih dalam masa subklinis. Pada tahap
ini, diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
3)
Tahap lanjut
Pada tahap ini
penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah berat dengan segala kelainan
klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan.
Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat
untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik.
C.
Tahap pasca
patogenesis
Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan
penyakit yang dapat berada dalam pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh
dengan cacat, karier, penyakit berlangsung secara kronik, atau berakhir dengan
kematian.
2.5. Upaya pencegahan
dan pemberantasan penyakit DBD
Pencegahan penyakit DBD sangat
tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti.
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode
yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara kimiawi yaitu:
A. Lingkungan
Metode lingkungan untuk
mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk
(PSN), pengelolaan sampah padat, modofikasi tempat perkembangbiakan nyamuk
hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
PSN pada dasarnya merupakan
pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak berkembang tidak dapat
berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan: (a) Menguras
bak mandi dan tempat-tempat panampungan air sekurang- kurangnya seminggu
sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur agar
berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari; (b) Menutup rapat tempat
penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat air lain dengan tujuan agar
nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut; (c) Mengganti air pada
vas bunga dan tempat minum burung setidaknya seminggu sekali; (d) Membersihkan
pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas terutama yang berpotensi
menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah keleng, botol
pecah, dan ember plastik; (e) Munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu
dangan menggunakan tanah; (f) Membersihkan air yang tergenang di atap rumah
serta membersihkan salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah
dari daun.
B. Biologis
Pengendalian secara biologis adalah
pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan atau
tumbuhan. seperti memelihara ikan cupang pada kolam atau menambahkannya dengan
bakteri Bt H-14.
C. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi
merupakan cara pengandalian serta pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan
menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan: (a)
Pengasapan/fogging dengan menggunakanmal athion danf enthion yang berguna untuk
mengurangi kemungkinan penularan aides aegypti sampai batas tertentu; (b) Memberikan
bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air,
vas bunga, kolam dan lain-lain.
Cara yang paling mudah namun efektif
dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara diatas
yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus yaitu dengan menutup tempat
penampungan air, menguras bak mandi dan tempat penampungan air
sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun sempah-sampah dan lubang-lubang
pohon yang berpotensi sebagai tempat perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain
itu juga dapat dilakukan dengan melakukan tindakanplus seperti memelihara ikan
pemakan jentik-jentik nyamuk, menur larvasida, menggunakan kelambu saat tidur,
memesang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent, memesang
obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta tindakan lain yang
sesuai dengan kondisi setempat.
2.6. Analisis epidemiologi (orang, tempat dan waktu)
A. Distribusi berdasarkan Orang
Meskipun semua umur termasuk neonatus dapat terserang
DBD , pada saat outbreak DBD pertama di Thailand di temukan bahwa penyakit
tersebut menyerang terutama anak-anak berumur antara 5-9 tahun. Pada
tahun-tahun awal epidemi DBD di Indonesia, penyakit ini juga menyerang terutama
anak-anak berumur antara 5-9 tahun. Selama tahun 1968-1973 sebesar kurang lebih
95% kasus DBD adalah anak di usia < 15 tahun. Tahun 1993-1998 meskipun
sebagian besar kasus DBD adalah anak berumur antara 5-14 tahun , namun nampak
adanya kecenderungan peningkatan kasus > 15 tahun.Tahun 1999-2009 kelompok
umur terbesar kasus DBD cenderung pada kelompok umur > 15 tahun (Depkes,
2010).
Anak berumur lebih dewasa umumnya terhindar dari DBD
meskipun di jumpai laporan adanya DBD pada bayi berumur 2 bulan dan pada orang
dewasa. Hal ini nampaknya berkaitan dengan aktifitas kelompok umur yang relatif
terhindar dari DBD mengingat peluang terinfeksi virus Dengue berlangsung
melalui gigitan nyamuk. Sejauh ini tidak di temukan perbedaan kerentanan
terhadap serangan DBD di kaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender).
B. Distribusi berdasarkan
tempat
Penyakit akibat infeksi virus Dengue di temukan
tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang
terletak antara 300 Lintang Utara 400 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara,
Pasifik Barat dan Carribean dengan estimasi kejadian sekitar 50-100 juta kasus
setiap tahunnya. Penyakit yang dilaporkan pertama kali oleh Benyamin Rush pada
Tahun 1789 ini muncul dalam literatur Inggris berupa outbreak suatu penyakit
yang terjadi sepanjang tahun 1827- 1829 di Carribean.
Berdasarkan data yang di laporkan ke Word Health
Organization (WHO) antara Tahun 1991-1995, Indonesia menempati peringkat ke
tiga (110.043 kasus) dalam hal insidensi infeksi virus Dengue dengan jumlah
kematian menempati peringkat pertama (2.861 kasus) dan angka kematian tersebut
menempati peringkat ke empat (2,6%) di antara negara-negara seperti Vietnam,
Thailand, India, Mnyanmar, Amerika, Kampuchea, Malaysia, Singapore,
Philippines, Sri Lanka, Laos, dan negara-negara di kepulauan Pasifik. Laporan
WHO pada tahun 2000 menunjukkan bahwa DBD telah menyerang seluruh negara di
Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia, Amerika Utara, Tengah dan Selatan,
Kepulauan Pasifik, Carribean, Cuba, Venuzuela, Brazil dan Afrika. Meskipun
angka kematian akibat DBD di Indonesia menunjukan kecenderungan menurun selama
periode tahun 1968-1988, namun insidensi DBD menunjukan kecenderungan meningkat
dengan angka kejadian yang tinggi pada tahun 1998. Pada dekade belakangan ini,
infeksi virus Dengue dilaporkan endemik di 112 negara.
C. Distribusi berdasarkan Waktu
Di negara-negara dengan 4 musim, epidemi DBD
berlangsung terutama pada
musim panas meskipun di temukan kasus-kasus DBD sporadis pada musim
dingin. Di negara-negara di Asia Tenggara, epidemi DBD terutama terjadi pada
musim penghujan. Di Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Philippines epidemi DBD
terjadi beberapa minggu setelah datangnya musim penghujan. Epidemi mencapai
angka tertinggi pada sebulan setelah curah hujan mencapai puncak tertinggi
untuk kemudian menurun sejalan dengan menurunnya curah hujan. Di Malaysia di
laporkan peningkatan insidensi DBD sebesar 120% ketika curah hujan perbulan
sekitar 300 mm atau lebih. Di Indonesia di laporkan bahwa puncak oubreak
umumnya terjadi antara bulan Oktober sampai dengan April, kecuali outbreak pada
tahun 1974 yang justru terjadi pada bulan Juli.
Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim
penghujan erat kaitannya dengan kelembaban tinggi pada musim penghujan yang
memberikan lingkungan optimal bagi masa inkubasi (mempersingkat masa inkubasi)
dan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit. Kedua vektor tersebut
meningkatkan aktifitas vektor dalam mentransmisikan infeksi virus Dengue.
Itulah sebabnya di daerah tropik pola kejadian DBD umumnya sejalan dengan pola
musim penghujan.
Gambar 2.6.Pemetaan
Data Kasus DBD di Indonesia Tahun 2005-2006.
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit
Demam Berdarah (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk betina
Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penyebab
terjadinya penyakit DBD dapat diuraikan dengan segitiga epidemiologi, yakni
adanya agent virus Dengue, adanya pejamu
(Host) yaitu manusia yang rentan
terhadap infeksi virus Dengue, dan
adanya lingkungan yang mendukung berkembangnya virus Dengue, baik karena ulah manusia ataupun perubahan alam.
Seseorang yang
didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penular DBD. Bila
penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam tubuh akan ikut terhisap
masuk ke dalam lambung nyamuk. Penularan terjadi karena setiap kali nyamuk
menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah nyamuk akan mengeluarkan air liur
melalui alat tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap tidak
membeku. Bersamaan air liur tersebut virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke
manusia.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD
dapat dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk, memutuskan rantai penularan
dengan memberantas vektor penularan, melakukan kegiatan 3M plus, dan menjaga
kebersihan lingkungan.
3.2. Saran
1) Bagi Dinas
Kesehatan diharapkan untuk melakukan kegiatan promosi kesehatan untuk menekan
angka kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD.
2) Bagi Dinas Kesehatan diharapkan untuk terus
menggencarkan pemberantasan vektor DBD dan kegiatan 3M plus kepada masyarakat
luas.
3) Bagi Dinas Kesehatan diharapkan untuk
melakukan pemberdayaan masyarakat agar menjadi individu yang mandiri dan peduli
terhadap kesehatan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Aditiyo.2012.
Kewaspadaan Terhadap Demam Berdarah Dengue.
http://www.rscm.co.id/index.php?bhs=in&id=KEW0000001
Diakses pada tanggal 03 Mei 2014.
Diakses pada tanggal 03 Mei 2014.
Herman, 2013. Penyakit Demam
Berdarah Dengue.
Diakses pada tanggal 03 Mei 2014.
Rahayu. 2011.
Epidemiologi Penyakit Demam Berdarah Dengue.
Diakses
pada tanggal 03 Mei 2014.
JANGAN LUPA DOWNLOAD POWERPOINTNYA ya ^_^
klik disini :)
klik disini :)
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirim saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang bagaimana meminumnya. Untuk kejutan terbesar saya minum obat herbal dalam waktu tiga minggu saya mendapat perubahan dan saya sembuh total . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
ReplyDelete