BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Karbon
monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa,
dan non-iritatif, yang densitasnya relatif sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan udara. Sumber utama karbon monoksida pada kasus kematian adalah
kebakaran, knalpot mobil, pemanasan tidak sempurna, dan pembakaran yang tidak
sempurna dari produk-produk terbakar, seperti bongkahan arang. Diluar kematian
akibat kebakaran, ada sekitar 2700 kematian yang disebabkan oleh karbon
monoksida setiap tahunnya di AS. Sekitar 2000 dari kasus ini adalah bunuh diri
dan 700-nya adalah kecelakaan. Pada kenyataannya seluruh kasus bunuh diri
tersebut melibatkan penghirupan gas buangan mobil.
Pada
keadaan normal konsentrasinya di udara ± 0,1 ppm, dan di kota dengan lalulintas
padat ± 10 - 15 ppm. Dampak pencemaran oleh gas CO antara lain:
• Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan
gangguan kesehatan sampai kematian, karena CO bersifat racun metabolis, ikut
bereaksi secara metabolis dengan hemoglobin dalam darah (Hb) :
Hb + O2 ⎯→ O2Hb (oksihemoglobin)
Hb + CO ⎯→ COHb
(karboksihemoglobin)
COHb 140 kali lebih stabil daripada O2Hb.
Tanda-tanda keracunan gas CO adalah: pusing, sakit kepala dan
mual. Keadaan yang lebih berat lagi adalah: kemampuan gerak tubuh menurun,
gangguan pada sistem kardiovaskular, serangan jantung, sampai dengan kematian.
• Bagi tumbuhan, kadar CO 100 ppm pengaruhnya hampir tidak ada
khususnya tumbuhan tingkat tinggi. Kadar CO 200 ppm dengan waktu kontak 24 jam
dapat mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas terutama yang
terdapat pada akar tumbuhan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu karbon
monoksida (CO)
2. Untuk mengetahui bahaya-bahaya dari
karbon monoksida
3. Untuk mengetahui bagaimana cara kita
mencegah dan menanggulangi keracunan dari CO itu
BAB 2
ISI
2.1 Pengertian
Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon
monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida
(CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida merupakan senyawa
yang tidak berbau, tidak berasal dan pada suhu udara normal berbentuk gas yang
tidak berwarna. Tidak seperti senyawa CO mempunyai potensi bersifat racun yang
berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu
hemoglobin.
Sumber utama karbon
monoksida pada kasus kematian adalah kebakaran, knalpot mobil, pemanasan tidak
sempurna, dan pembakaran yang tidak sempurna dari produk-produk terbakar,
seperti bongkahan arang. Diluar kematian akibat kebakaran, ada sekitar 2700
kematian yang disebabkan oleh karbon monoksida setiap tahunnya di AS. Sekitar
2000 dari kasus ini adalah bunuh diri dan 700-nya adalah kecelakaan. Pada
kenyataannya seluruh kasus bunuh diri tersebut melibatkan penghirupan gas
buangan mobil.
Gas alam (tanpa CO) telah
digantikan oleh gas arang yang menjadi bahan bakar dan sumber racun terbesar, dan
CO masih merupakan sumber racun yang membahayakan. Bahaya tentang CO ini telah
bayak dipublikasi, khususnya terhadap lingkungan dan industri.
Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara
alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia, Korban monoksida
yang berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir,
pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam.
Sumber CO buatan antara lain kendaraan bermotor, terutama
yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi, Jumlah CO dari
sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta Ton per tahun. Separuh dari jumlah
ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan
sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan
minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. Didalam laporan WHO (1992)
dinyatakan paling tidak 90% dari CO diudara perkotaan berasal dari emisi
kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para
perokok dapat memajan dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya.
Sumber CO dari dalam ruang (indoor) termasuk dari tungku dapur rumah tangga dan
tungku pemanas ruang. Dalam beberapa penelitian ditemukan kadar CO yang cukup
tinggi didalam kendaraan sedan maupun bus.
Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari
kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya
ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi dan
malam hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi
jalan dan bangunan disekitarnya. Penggunaan CO dari udara ambien dapat
direfleksikan dalam bentuk kadar karboksi-hemoglobin (HbCO) dalam darah yang
terbentuk dengan sangat pelahan karena butuh waktu 4-12 jam untuk tercapainya
keseimbangan antara kadar CO diudara dan HbCO dalam darah Oleh karena itu kadar
CO didalam lingkungan, cenderung dinyatakan sebagai kadar rata-rata dalam 8 jam
pemajanan Data CO yang dinyatakan dalam rata-rata setiap 8 jam pengukuran
sepajang hari (moving 8 hour average concentration) adalah lebih baik
dibandingkan dari data CO yang dinyatakan dalam rata-rata dari 3 kali
pengukuran pada periode waktu 8 jam yang berbeda dalam sehari. Perhitungan
tersebut akan lebih mendekati gambaran dari respons tubuh manusia tyerhadap
keracunan CO dari udara.
Karbon monoksida yang bersumber dari dalam ruang (indoor)
terutama berasal dari alat pemanas ruang yang menggunakan bahan bakar fosil dan
tungku masak. Kadarnya akan lebih tinggi bila ruangan tempat alat tersebut
bekerja, tidak memadai ventilasinya. Namun umumnya penggunaanya yang berasal
dari dalam ruangan kadarnya lebih kecil dibandingkan dari kadar CO hasil asap
rokok.
Beberapa Individu juga dapat terpengaruh oleh CO karena
lingkungan kerjanya. Kelompok masyarakat yang paling terpengaruh oleh CO
termasuk polisi lalu lintas atau tukang pakir, pekerja bengkel mobil, petugas
industri logam, industri bahan bakar bensin, industri gas kimia dan pemadam
kebakaran.
Pengaruh CO dari lingkungan kerja seperti yang tersebut
diatas perlu mendapat perhatian. Misalnya kadar CO di bengkel kendaraan
bermotor ditemukan mencapai setinggi 600 mg/m3 dan didalam darah para pekerja
bengkel tersebut bisa mengandung HbCO sampai lima kali lebih tinggi dari kadar
nomal. Para petugas yang bekerja dijalan raya diketahui mengandung HbCO dengan
kadar 4–7,6% (porokok) dan 1,4–3,8% (bukan perokok) selama sehari bekarja.
Sebaliknya kadar HbCO pada masyarakat umum jarang yang melampaui 1% walaupun
studi yang dilakukan di 18 kota besar di Amerika Utara menunjukan bahwa 45 %
dari masyarakat bukan perokok yang terpajan oleh CO udara, di dalam darahnya
terkandung HbCO melampaui 1,5%. Perlu juga diketahui bahwa manusia sendiri
dapat memproduksi CO akibat proses metabolismenya yang normal. Produksi CO
didalam tubuh sendiri ini (endogenous) bisa sekitar 0,1+1% dari total HbCO
dalam darah.
2.2 Sifat
Gas Karbon Monoksida
Karakteristik
biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan
hemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh.
Sifat ini menghasilkan pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali
lebih stabil dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif
lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam
fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat
serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain itu,
metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu dengan
adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya
bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah
periferal yang parah.
2.3 Biomonitoring
Gas Karbon Monoksida
Gejala
klinis saturasi darah oleh karbon monoksida adalah sebagai berikut:
1.
Konsentrasi CO dalam darah kurang dari 20%,
tidak ada gejala.
2.
Konsentrasi CO dalam darah 20%, gejala nafas
menjadi sesak.
3.
Konsentrasi CO dalam darah 30%, gejala sakit
kepala, lesu, mual, nadi dan pernapasan meningkat sedikit.
4.
Konsentrasi CO dalam darah 30% hingga 40%,
gejala sakit kepala berat, kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang daya
koordinasi gerakan.
5.
Konsentrasi CO dalam darah 40% sampai 50%,
gejala kebingungan makin meningkat dan setengah sadar.
6.
Konsentrasi CO dalam darah 60% hingga 70%,
gejala tidak sadar, kehilangan daya mengkontrol feses dan urin.
7. Konsentrasi CO dalam darah 70% hingga 80%,
gejala koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena kegagalan pernapasan.
Berdasarkan
gejala klinis dari dampak keracunan gas karbon monoksida, maka untuk mengetahui
apakah seseorang itu mengalami keracunan gas karbon monoksida atau tidak, kita
dapat melakukan tes laboratorium terhadap darah orang tersebut untuk melihat
besar konsentrasi CO dalam darah.
2.4 Mekanisme
Dalam Tubuh (Port D’Entry)
Apabila suatu pembakaran
menghasilkan gas karbon monoksida, dan kemudian terhirup oleh manusia, maka gas
CO akan masuk melalui system pernafasan akan berikatan dengan hemoglobin, dan pigmen
sel darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh. Hal ini menghasilkan
pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan
terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen
keseluruh tubuh.
2.5 Penyebab
Keracunan Gas Monoksida
Keracunan
terjadi karena sel-sel darah merah mengikat karbon monoksida lebih cepat
dibandingkan dengan oksigen. Sehingga jika ada banyak karbon monoksida di
udara, tubuh akan mengganti oksigen dengan karbon monoksida tersebut. Oksigen
dihambat oleh tubuh sehingga bisa merusak jaringan dan menyebabkan kematian.
a) Menggunakan
kendaraan atau berada dekat kendaraan. Sejak gas arang (mengandung 7% CO)
dengan gas alam, kejadiaan bunuh diri berkurang seperti meletakkan kepala di
dalam oven untuk mencelakai diri sendiri, banyak terjadi
di Britain dan kota lainnya. Tahun 1961 di UK, terdapat
2711 kasus bunuh diri dan 1014 kasus kecelakaan/kematian mendadak dengan CO.
Dan juga ditemukan CO pada kasus bunuh diri dengan bakar diri akibat mesin.
Bensin menghasilkan 5-7% CO yang terdapat dalam asap, dalam mesin yang tidak
digunakan, juga yang tidak layak pakai. Diesel menghasilkan CO lebih sedikit
dibandingkan bensin, seharusnya CO terurai ke atmosfer sehingga penyebaran atau
distribusi CO dalam jumlah kecil dalam kota besar dan polisi lalu
lintas mungkin sekitar 10% saturasi dalam hemoglobinnya. Tapi jika dalam tempat
yang kecil dan sempit akan sangat berbahaya. Misalnya 1500cc bensin dalam
kendaraan yangtidak digunakan berada di garasi, dapat menghasilkan CO dengan
konsentrasi tinggi dapat mematikan dalam 10 menit. Suatu percobaan bunuh diri
lainnya, dengan hanya duduk dikendaraan dengan jendela terbuka dan kendaraan
dalam garasi. Ada juga akibat terbakarnya mesin kendaraan, yang efek
toksisnya dapat menyebabkan stupor dan koma. Efek CO juga dapat
mengenai supir atau pegendara kendaraan yang dijalankan. Biasanya disebabkan
mesin kendaraan yang rusak dan penyaringnya bocor, sehinngga CO masuk kedalam
lendaraan. Pada
pesawat kecil, biasanya mesin berdekatan dengan kokpit. Dan jika terjadi
kebocoran dapat menyebabkan pilot menjadi lemah dan mati, tetapi tabrakan lebih
dari keracunan CO.
b) Alat-alat
rumah tangga yang panas dapat menghasilkan CO. Bahan bakar berasal dari gas
alami yang terbebas dari monoksida, yaitu sebagian oksidasi dari suatu
kerusakan, atau hasil dari gas itu tersendiri. Bahan bakar padat dipakai untuk
sumber panas jika ada kerusakan pada cerobong asap. Parafin yang panas mungkin
terbakar dengan CO yag tidak adekuat dan hidokarbon lainnya, dan malfungsi ini
dapat menyebabkan kebakaran akibat monoksida. Penyebab lain, karena instalasi
gas alami misalnya tidak adanya timah atau ventilasi yang tidak adekuat , ini
dapat menyebabkan monoksida kembali keruangan. Gas alat rumah tangga, khususnya
pemancar air panas dapat memproduksi CO.
c) Penyebab
utama dari kematian monoksida karena struktur kebakaran dirumah atau
gedung lain, penyebab terbesar kematian pada kebakaran rumah tidak disebabkan
karena terbakar tapi karena menghirup asap. Keadaan fatal ini
disebabkan karena keracunan CO, walaupun gas-gas lain seperti sianida, phosgene
dan acrolein sebagian turut berperan. Kebanyakan korban dari
kebakaran rumah, mati jauh dari pusat api, yang mungkin terdapat pada ruangan
berbeda atau lantai yang berbeda, jaringan monoksida pada jarak jauh dan
membunuh manusia walaupun sedang tidur atau terperangkap pada saat di dalam
gedung.
d) Pada
proses industri dapat meninggalkan keracunan monoksida khususnya pada pekerja
besi dan baja, yang menhasilkan gas dan gas air yang dengan sengaja dihasilkan
dari hasil pabrik. Gas air dapat terdiri dari > 40% CO dan tiap harinya
membentuk gas kekota untuk kebutuhan rakyat, yang menambah kadar monoksida 7%
dari batubara. Proses industri lain seperti metode “the Mond“ yang memproduksi
nikel, menggunakan CO, sama seperti pada umumnya bahaya dari pemanasan proses
produksi dimana pembentukan gas selama pembakaran pada penambangan batu bara,
CO adalah salah satu gas yang menghasilkan ancaman yang jelas, yang keluar dari
lapisan-lapisan batu bara tapi yang dihasilkan dari asap hasil pembakaran pada
proses penambangan.
e) Pembakaran
yang tidak sempurna pada gas api dari beberapa bahan bakar gas yang
menghasilkan CO, seperti api mengenai permukaan logam dingin atau permukaan
yang dilapisi dengan jelaga, oksidasi sebagian dari batubara mengasilkan
monoksida. Pada pemakaian batubara dari sumber butane atau propane, camper dan
boats, dapat memperburuk ventilasi yang secara lambat dan berbahaya
menghasilkan monoksida. Kematian seluruh keluarga pernah terjadi pada keadaan ini, dimana
mereka terekspos sepanjang malam terakumulasi secara lambat oleh CO dari
refrigerator dan alat lain.
2.5 Tanda
Atau Gejala Keracunan Gas Monoksida
Keracunan gas CO atau karbon
monoksida sukar didiagnosa. Gejalanya mirip dengan flu yaitu didahului dengan
sakit kepala, mual, muntah, lelah, lesi pada kulit, berkeringat banyak,
pyrexia, pernapasan meningkat, mental dullness dan konfusion, gangguan
penglihatan, konvulsi, hipotensi, myocardinal, dan ischamea.
Kemungkinan terjadi kematian akibat
sukar bernafas sangat tinggi. Kematian terhadap kasus keracunan karbon
monoksida disebabkan oleh kurangnya oksigen pada tingkat selular (cellular
hypoxia). Sel darah merah tidak hanya mengikat oksigen melainkan
juga gas lain. Kemampuan atau daya ikat ini berbeda untuk satu gas dengan gas
lain. Sel darah merah mempunyai ikatan yang lebih kuat terhadap karbon
monoksida dari pada oksigen. Sehingga jika terdapat CO dan O2, sel darah merah
akan cenderung berikatan dengan CO. Bila terhirup, karbon monoksida akan
terbentuk dengan hemoglobin (Hb) dalam darah dan akan terbentuk karboksi
haemoglobin sehingga oksigen tidak dapat terbawa. Ini disebabkan karbon
monoksida dapat mengikat 250 kali lebih cepat dari oksigen. Gas ini juga dapat mengganggu
aktivitas selular lainnya yaitu dengan mengganggu fungsi organ yang menggunakan
sejumlah besar oksigen seperti otak dan jantung. Gejala klinis saturasi darah
oleh karbon monoksida adalah sebagai berikut:
a)
Konsentrasi
CO dalam darah kurang dari 20%, tidak ada gejala.
b)
Konsentrasi
CO dalam darah 20%, gejala nafas menjadi sesak.
c)
Konsentrasi
CO dalam darah 30%, gejala sakit kepala, lesu, mual, nadi dan pernapasan
meningkat sedikit.
d)
Konsentrasi
CO dalam darah 30% hingga 40%, gejala sakit kepala berat, kebingungan, hilang
daya ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan.
e)
Konsentrasi
CO dalam darah 40% sampai 50%, gejala kebingungan makin meningkat dan setengah
sadar.
f)
Konsentrasi
CO dalam darah 60% hingga 70%, gejala tidak sadar, kehilangan daya mengkontrol
feses dan urin.
g)
Konsentrasi CO dalam darah 70% hingga 80%,
gejala koma, nadi menjadi tidak teratur, kematian karena kegagalan pernapasan.
2.6 Gangguan Kesehatan Akibat Keracunan Gas
Karbon Monoksida
Dampak
dari CO bervasiasi tergantung dari status kesehatan seseorang pada saat
terpengaruh. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat mentolerir pengaruh
CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi
seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah
apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%.
Pengaruh CO kadar tinggi terhadap sistem syaraf pusat dan
sistem kardiovaskular telah banyak diketahui. Namun respon dari masyarakat
berbadan sehat terhadap pengaruh CO kadar rendah dan dalam jangka waktu
panjang, masih sedikit diketahui. Misalnya kinerja para petugas jaga, yang
harus mempunyai kemampuan untuk mendeteksi adanya perubahan kecil dalam
lingkungannya yang terjadi pada saat yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya
dan membutuhkan kewaspadaan tinggi dan terus menerus, dapat terganggu atau
terhambat pada kadar HbCO yang berada dibawah 10% dan bahkan sampai 5% (hal ini
secara kasar ekivalen dengan kadar CO di udara masing-masing sebesar 80 dan 35
mg/m3) Pengaruh ini terlalu terlihat pada perokok, karena kemungkinan sudah
terbiasa dengan kadar yang sama dari asap rokok.
Beberapa studi yang dilakukan terhadap sejumlah sukarelawan
berbadan sehat yang melakukan latihan berat (studi untuk melihat penyerapan
oksigen maksimal) menunjukkan bahwa kesadaran hilang pada kadar HbCO 50% dengan
latihan yang lebih ringan, kesadaran hilang pada HbCo 70% selama 5-60 menit.
Gangguan tidak dirasakan pada HbCO 33%, tetapi denyut jantung meningkat cepat
dan tidak proporsional. Studi dalam jangka waktu yang lebih panjang terhadap
pekerja yang bekerja selama 4 jam dengan kadar HbCO 5-6% menunjukkan pengaruh
yang serupa terhadap denyut jantung, tetapi agak berbeda.
Hasil studi diatas menunjukkan bahwa paling sedikit untuk
para bukan perokok, ternyata ada hubungan yang linier antara HbCO dan
menurunnya kapasitas maksimum oksigen. Walaupun kadar CO yang tinggi dapat
menyebabkan perubahan tekanan darah, meningkatkan denyut jantung, ritme jantung
menjadi abnormal gagal jantung, dan kerusakan pembuluh darah periferal, tidak
banyak didapatkan data tentang pengaruh penggunnaan CO kadar rendah terhadap
sistim kardiovaskular. Hubungan yang telah diketahui tentang merokok dan
peningkatan risiko penyakit jantung koroner menunjukkan bahwa CO kemungkinan
mempunyai peran dalam memicu timbulnya penyakit tersebut (perokok berat tidak
jarang mengandung kadar HbCO sampai 15 %).
Namun tidak cukup bukti yang menyatakan bahwa karbon
monoksida menyebabkan penyakit jantung atau paru-paru, tetapi jelas bahwa CO
mampu untuk mengganggu transpor oksigen ke seluruh tubuh yang dapat berakibat
serius pada seseorang yang telah menderita sakit jantung atau paru-paru.
Studi epidemiologi tentang kesakitan dan kematian akibat
penyakit jantung dan kadar CO di udara yang dibagi berdasarkan wilayah, sangat
sulit untuk ditafsirkan. Namun dada terasa sakit pada saat melakukan gerakan
fisik, terlihat jelas akan timbul pada pasien yang terkena CO dengan kadar 60
mg/m3, yang menghasilkan kadar HbCO mendekati 5%. Walaupun wanita hamil dan
janin yang dikandungnya akan menghasilkan CO dari dalam tubuh (endogenous)
dengan kadar yang lebih tinggi, pengaruh tambahan dari luar dapat mengurangi
fungsi oksigenasi jaringan dan plasental, yang menyebabkan bayi dengan berat
badan rendah. Kondisi seperti ini menjelaskan mengapa wanita merokok melahirkan
bayi dengan berat badan lebih rendah dari normal. Masih ada dua aspek lain dari
pengaruh CO terhadap kesehatan yang perlu dicatat. Pertama, tampaknya binatang
percobaan dapat beradaptasi terhadap pemajanan CO karena mampu mentolerir
dengan mudah pemajanan akut pada kadar tinggi, walaupun masih memerlukan
penjelasan lebih lanjut. Kedua, dalam kaitannya dengan CO di lingkungan kerja
yang dapat menggangggu pertubuhan janin pada pekerja wanita, adalah kenyataan
bahwa paling sedikit satu jenis senyawa hidrokarbon-halogen yaitu metilen
khlorida (dikhlorometan), dapat menyebabkan meningkatnya kadar HbCO karena ada
metobolisme di dalam tubuh setelah absorpsi terjadi.
Karena senyawa diatas termasuk kelompok pelarut (Sollvent)
yang banyak digunakan dalam industri untuk menggantikan karbon tetrakhlorida
yang beracun, maka keamanan lingkungan kerja mereka perlu ditinjau lebih
lanjut. Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan
gangguan kesehatan sampai kematian, karena CO bersifat racun metabolis, ikut
bereaksi secara metabolis dengan hemoglobin dalam darah (Hb) : Hb + O2 ⎯→
O2Hb
(oksihemoglobin).
Hb + CO ⎯→ COHb
(karboksihemoglobin)
COHb 140 kali lebih stabil daripada O2Hb.
Kadar CO :
|
Waktu kontak :
|
Dampaknya bagi tubuh :
|
100 ≤ ppm
± 30 ppm
± 1000 ppm
± 1300 ppm
> 1300 ppm
|
sebentar
8 jam
1 jam
1 jam
1 jam
|
dianggap aman
menimbulkan pusing dan mual
pusing dan kulit berubah kemerah-merahan
kulit jadi merah tua dan rasa pusing yang hebat
lebih hebat sampai kematian
|
2.7 Pencegahan Dan Penanggulangan
Keracunan Gas Monoksida
a. Pencegahan
- Jangan menggunakan generator di dalam ruangan atau ruangan yang tertutup sebagian / penuh, seperti garasi dan ruangan bawah tanah. Pintu dan jendela yang dibuka dapat mencegah akumulasi karbon monoksida. Pastikan generator mempunyai jarak minimal 1 meter pada ruangan yang terbuka di segala sisinya untuk memastikan ventilasi yang memadai.
- Jangan menggunakan generator diluar ruangan, jika peletakannya dekat dengan pintu, jendela atau lubang ventilasi yang dapat mengakibatkan CO masuk dan berakumulasi pada ruangan yang terhuni oleh manusia.
- Jika menggunakan pemanas ruangan dan tungku, pastikan bahwa peralatan tersebut bekerja dalam kondisi yang baik untuk mencegah timbulnya CO dan jangan pernah menggunakannya pada ruangan tertutup atau dalam ruangan.
- Pertimbangkan untuk mengganti peralatan yang berbahan bakar bensin dengan peralatan yang dijalankan oleh listrik atau udara bertekanan, jika tersedia.
- Periksa sistem pembuangan
pembakaran mobil dan sistem pendingin udara anda setahun sekali, kebocoran
kecil dalam sistem tersebut dapat
mengakibatkan masuknya CO kedalam mobil. - Jika anda mengalami gejala
keracunan CO, segera keluar untuk
mendapatkan udara segar dan cari bantuan dari poliklinik terdekat.
b. Penanggulangan
1)
Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.
2)
Bila terjadi korban keracunan maka lakukan :
- Berikan pengobatan atau pernafasan buatan
- Kirim segera ke rumah sakit atau
puskesmas terdekat
3) Lakukan
evaluasi dan terapi suportif jalan nafas
4) Lakukan intubasi
orotrakhea bila terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi
5) Berikan
suplemen oksigen 100% melalui masker yang melekat erat ke wajah
Catatan : waktu paruh
eliminasi COHb dalam serum bila bernafas dengan udara bebas adalah 520 menit,
berubah menjadi 80 menit bila bernafas dengan oksigen 100%. Terapi oksigen
sebaiknya tidak dihentikan sampai gejala hilang dan kadar COHb < 10%
1. Lakukan monitoring
: EKG (menunjukkan gambaran sinus takikardi dan perubahan segmen ST)
2. Pikirkan
penggunaan natrium bikarbonat infus bila ada metabolik asidosis (pH darah
arteri < 7.1) .
2.8 Contoh kasus keracunan gas monoksida
- Akibat gas buangan AC enam penumpang
tewas didalam mobil. Pada awalnya mobil tersebut mengalami kerusakan. dalam
kondisi cuaca panas dan lelah mereka menunggu bantuan dari kendaraan yang akan
lewat. Disaat menunggu, sopir dan penumpang tertidur pulas didalam kendaraan
ber-AC tersebut. AC yang tetap menyala dan mobil yang tertutup rapat
menyebabkan gas buang AC yang berada didalam mobil tidak bisa keluar dan
terhirup oleh supir dan penumpang. Inilah yang menyebabkan mereka tewas.
- Empat orang tewas ditemukan didalam
mobil Mercedes Benz dijalan raya Kuningan-Cirebon. Berdasarkan hasil visum Tim
Forensik RS Gunung Jati, ditemukannya racun pada saluran pernafasan korban
berupa gas CO(Karbon Monoksida) akibat menghirup asap knalpot yang masuk
kedalam kendaraan. Asap knalpot dapat masuk kedalam mobil karena adanya
kebocoran pada knalpot dan bagian bawah body mobil.
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Karbon
monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa,
dan non-iritatif, yang densitasnya relatif sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan udara. Sumber utama karbon monoksida pada kasus kematian adalah
kebakaran, knalpot mobil, pemanasan tidak sempurna, dan pembakaran yang tidak
sempurna dari produk-produk terbakar, seperti bongkahan arang.
Penguraian
HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen
tersebut dalam fungsinya membawa oksigen keseluruh tubuh. Kondisi seperti ini
bisa berakibat serius, bahkan fatal, karena dapat menyebabkan keracunan. Selain
itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat terganggu
dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampat keracunan CO sangat berbahaya
bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah
periferal yang parah.
Pencegahan
yang dapat dilakukan adalah : (1) Jangan menggunakan mesin generator diruangan
tertutup; (2) Hindari menghirup gas pembakaran dan asap rokok; (3) Jangan
menggunakan alat pembakaran secara sembarangan; (4) Menggunakan alternative
lain alat dan bahan pembakaran dalam suatu pekerjaan.
Penanggulangan
yang dapat dilakukan adalah : (1)
Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan; (2)
Bila terjadi korban keracunan maka lakukan pemberian pengobatan atau pernafasan buatan dan
kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat; (3) Lakukan
evaluasi dan terapi suportif jalan nafas;
(4) Lakukan
intubasi orotrakhea bila terjadi gangguan ventilasi dan oksigenasi;
(5) Berikan
suplemen oksigen 100% melalui masker yang melekat erat ke wajah
3.2 Saran
Jagalah kesehatan tubuh kita dengan berupaya
mencegah terpaparnya tubuh dengan lingkungan yang berpotensi menimbulkan
bahaya, terutama keracunan gas karbon monoksida.
DAFTAR PUSTAKA
Anggarini.
2011. Keracunan Gas Monoksida.
http://Keracunan%20CO%20%20%20Pano.Eta,Intan,Dina,Hanief.htm
Diakses pada tanggal 10 november 2014.
Dody. 2013. Bahaya
Keracunan Gas Karbon Monoksida.
Diakses pada tanggal 10 november 2014.
Marylin.
D (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta. InfoPOM Badan POM Volume 5
No. 1 Januari 2004. Keracunan Yang Disebabkan Gas Karbon Monoksida. Jakarta.
No comments:
Post a Comment