1.
BAHAN KIMIA BERBAHAYA
Bahan berbahaya adalah bahan-bahan
yang pembuatan, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan penggunaanya
menimbulkan atau membebaskan debu, kabut, uap, gas, serat, atau radiasi
sehingga dapat menyebabkan iritasi, kebakaran, ledakan, korosi, keracunan dan
bahaya lain dalam jumlah yang memungkinkan gangguan kesehatan bagi orang yang
berhubungan langsung dengan bahan tersebut atau meyebabkan kerusakan pada
barang-barang.
Bahan kimia banyak digunakan dalam
lingkungan kerja yang dapat dibagi dalam tiga kelompok besar yaitu :
- Industri Kimia, yaitu industri yang mengolah dan menghasilkan bahan-bahan kimia, diantaranya industri pupuk, asam sulfat, soda, bahan peledak, pestisida, cat , deterjen, dan lain-lain. Industri kimia dapat diberi batasan sebagai industri yang ditandai dengan penggunaan proses-proses yang bertalian dengan perubahan kimiawi atau fisik dalam sifat-sifat bahan tersebut dan khususnya pada bagian kimiawi dan komposisi suatu zat.
- Industri Pengguna Bahan Kimia, yaitu industri yang menggunakan bahan kimia sebagai bahan pembantu proses, diantaranya industri tekstil, kulit, kertas, pelapisan listrik, pengolahan logam, obat-obatan dan lain-lain.
- Laboratorium, yaitu tempat kegiatan untuk uji mutu, penelitian dan pengembangan serta pendidikan. Kegiatan laboratorium banyak dipunyai oleh industri, lembaga penelitian dan pengembangan, perusahaan jasa, rumah sakit dan perguruan tinggi.
Dalam lingkungan kerja tersebut,
banyak bahan kimia yang terpakai tiap harinya sehingga para pekerja terpapar
bahaya dari bahan-bahan kimia itu. Bahaya itu terkadang meningkat dalam kondisi
tertentu mengingat sifat bahan-bahan kimia itu, seperti mudah terbakar,
beracun, dan sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa bekerja dengan
bahan-bahan kimia mengandung risiko bahaya, baik dalam proses, penyimpanan,
transportasi, distribusi, dan penggunaannya. Akan tetapi, betapapun besarnya
bahaya bahan-bahan kimia tersebut, penanganan yang benar akan dapat mengurangi
atau menghilangkan risiko bahaya yang diakibatkannya.
Klasifikasi atau penggolongan bahan
kimia berbahaya diperlukan untuk memudahkan pengenalan serta cara penanganan
dan transportasi. Secara umum bahan kimia berbahya diklasifikasikan menjadi
beberapa golongan diantaranya sebagai berikut :
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Adalah bahan kimia yang dapat
menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila
terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat
kulit.
Pada umumnya zat toksik masuk lewat
pernafasan atau kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju
organ-organ tubuh tertentu. Zat-zat tersebut dapat langsung mengganggu
organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat
juga zat-zat tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau cairan limpa
dan menghasilkan efek kesehatan pada jangka panjang. Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam
tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel dan keringat.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Adalah bahan kimia yang karena
reaksi kimia dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh
atau bahan lain.
Zat korosif dapat bereaksi dengan
jaringan seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Kerusakan dapat berupa
luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal) dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat
peka terhadap bahan kimia).
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar
(Flammable)
Adalah bahan kimia yang mudah
bereaksi dengan oksigen dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang
amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Adalah suatu zat padat atau cair
atau campuran keduanya yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga
menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
Zat eksplosif amat peka terhadap
panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja
untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti trinitrotoluene (TNT),
nitrogliserin dan ammonium nitrat (NH4NO3).
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Adalah suatu bahan kimia yang
mungkin tidak mudah terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat
menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air
(Water Sensitive Substances)
Adalah bahan kimia yang amat mudah
bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam
(Acid Sensitive Substances)
Adalah bahan kimia yang amat mudah
bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau
gas-gas yang beracun dan korosif.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Adalah gas yang disimpan dibawah
tekanan, baik gas yang ditekan maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam
pelarut dibawah tekanan.
9. Bahan Kimia Radioaktif
(Radioactive Substances)
Adalah bahan kimia yang mempunyai
kemampuan memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari
0,002 microcurie/gram.
Suatu bahan kimia dapat termasuk
diantara satu atau lebih golongan di atas karena memang mempunyai sifat kimia
yang lebih dari satu sifat.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (United
Nations) memberikan klasifikasi bahan berbahaya seperti tabel berikut ini.
Tabel : Klasifikasi bahan berbahaya
berdasarkan PBB
Klas
|
Penjelasan
|
|
Klas I
|
(Eksplosif)
|
Dapat terurai pada suhu dan
tekanan tertentu dan mengeluarkan gas kecepatan tinggi dan merusak sekeliling
|
Klas II
|
(Cairan mudah terbakar)
|
|
Klas III
|
(Bahan mudah terbakar)
|
( F.P = flash point)
|
Klas IV
|
(Bahan mudah terbakar selain klas
II dan III)
|
|
Klas V
|
(Zat pengoksidasi)
|
|
Klas VI
|
(Zat racun)
|
|
Klas VII
|
(Zat radioaktif)
|
Aktifitas : 0.002 microcury/g
|
Klas VIII
|
(Zat korosif)
|
Bereaksi dan merusak
|
Mengelompokkan bahan kimia berbahaya
di dalam penyimpanannya mutlak diperlukan, sehingga tempat/ruangan yang ada
dapat di manfaatkan sebaik-baiknya dan aman. Mengabaikan sifat-sifat fisik dan
kimia dari bahan yang disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran,
peledakan, mengeluarkan gas/uap/debu beracun, dan berbagai kombinasi dari
pengaruh tersebut.
Penyimpanan bahan kimia berbahaya
sebagai berikut :
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau
dalam kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya
terhadap kehidupan sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan
yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan
bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama
lainnya.
Jika panas mengakibatkan proses
penguraian pada bahan tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan
sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung dan jauh dari sumber
panas.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah
menguap sedangkan lainnya dapat bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam
dapat menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu beracun untuk
tenaga manusia. Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada
peredaran hawa yang cukup untuk mencegah terjadinya pengumpulan uap. Wadah/kemasan
dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan
dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan
diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosi.
Penyimpanannya harus terpisah dari
bangunan lain dengan dinding dan lantai yang tahan terhadap bahan korosif,
memiliki perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi
yang baik. Pada tempat penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk
pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena bahan tersebut.
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar
(Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi
antara oksigen dan bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam
keadaan bubuk halus. Api dari bahan padat berkembang secara pelan, sedangkan
api dari cairan menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak.
Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai berikut :
a. Disimpan pada tempat yang cukup
dingin untuk mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari bahan
bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai
peredaran hawa yang cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya
oleh udara untuk mencegah percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan
dari daerah yang ada bahaya kebakarannya
d. Tempat penyimpanan harus terpisah
dari bahan oksidator kuat, bahan yang mudah menjadi panas dengan sendirinya
atau bahan yang bereaksi dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi
panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia
alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari
tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang
tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang
sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan
diperiksa secara periodik
Terhadap bahan tersebut ketentuan
penyimpananya sangat ketat, letak tempat penyimpanan harus berjarak minimum
60[meter] dari sumber tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya
dan bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus
merupakan bangunan yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang
tidak menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas
dari kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan
harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau
penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan. Penyimpanan tidak boleh
dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan
sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah tempat penyimpanan
harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material yang mudah terbakar, ada
baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau
hutan lebat.
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
Bahan ini adalah sumber oksigen dan
dapat memberikan oksigen pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada
udara. Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen,
sedangkan jenis lainnya dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak
pada suhu kamar. Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya
tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini
harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang
memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya
kurang efektif dalam memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan
ataupun pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen
sendiri.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air
(Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap
panas atau larutan air yang lambat laun mengeluarkan panas atau gas-gas yang
mudah menyala. Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat
penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah
dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di
dalam ruang simpan.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam
(Acid Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan asam dan
uap asam menghasilkan panas, hydrogen dan gas-gas yang mudah menyala. Ruangan
penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber
penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan
uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan menghasilkan hydrogen, maka
bahan asam dapat juga disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi.
Jika konstruksi gudang trbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal
dan pasif terhadap bahan asam.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan
harus disimpan dalam keadaan berdiri dan diikat dengan rantai atau diikat
secara kuat pada suatu penyangga tambahan. Ruang penyimpanan harus dijaga agar
sejuk , bebas dari sinar matahari langsung, jauh dari saluran pipa panas di
dalam ruangan yang ada peredaran hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api
dan harus ada tindakan preventif agar silinder tetap sejuk bila terjadi
kebakaran, misalnya dengan memasang sprinkler.
Radiasi dari bahan radioaktif dapat
menimbulkan efek somatik dan efek genetik, efek somatik dapat akut atau kronis.
Efek somatik akut bila terkena radiasi 200[Rad] sampai 5000[Rad] yang dapat
menyebabkan sindroma system saraf sentral, sindroma gas trointestinal dan
sindroma kelainan darah, sedangkan efek somatik kronis terjadi pada dosis yang
rendah. Efek genetik mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan
pada keturunan. Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan
yang mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus
memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan
zat radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.
Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk memproteksi
radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat membahayakan,
packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuan khusus yang
telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara. Peraturan perundangan
mengenai bahan radioaktif diantaranya :
- Undang-Undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom
- Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja terhadap radiasi
- Peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang izin Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber Radiasi lainnya
- Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif
Maka Peta Keterkaitan Kegiatan
untuk tata letak penyimpanan material kimia berbahaya berdasarkan ketentuan
safety tersebut di atas adalah sebagai berikut :
Gambar Peta keterkaitan kegiatan untuk penyimpanan raw
material.
Lembar data bahaya (Hazard Data
Sheets/HDSs) terkadang disebut Material Safety Data Sheets (MSDSs) atau
Chemical Safety Data Sheet (CSDSs) adalah lembar informasi yang detail tentang
bahan-bahan kimia. Umumnya lembar ini disiapkan dan dibuat oleh pabrik kimia
atau suatu program, seperti International Programme On Chemical Safety (IPCS)
yang aktifitasnya terkait dengan World Health Organization (WHO), International
Labour Organization (ILO), dan United Environment Programme (UNEP).
HDSs/MSDSs/CSDSs merupakan sumber informasi tentang bahan kimia yang penting
dan dapat diakses tetapi kualitasnya dapat bervariasi. Jika anda menggunakan
HDSs, berhati-hatilah terhadap keterbatasannya, sebagai contoh, HDSs sering
sulit untuk dibaca dan dimengerti. Keterbatasan lain yang serius adalah
seringnya tidak memuat informasi yang cukup tentang bahaya dan peringatan
penting yang anda butuhkan ketika bekerja dengan bahan kimia tertentu. Untuk
mengatasi keterbatasan ini, kapanpun dimungkinkan untuk menggunakan sumber
informasi lain secara bersama-sama dengan HDSs. Suatu ide yang baik untuk
mewakili kasehatan dan keselamatan dengan menyimpan lembar data bahaya pada
setiap penggunaan bahan kimia di tempat kerja.
Informasi berikut harus muncul pada
semua lembar data bahaya, akan tetapi urutan dapat berbeda dari yang dijelaskan
dibawah ini.
Bagian 1 : Identifikasi produk dan
pabrik
Identifikasi produk : nama produk tertera disini dengan nama kimia atau nama
dagang, nama yang tertera harus sama dengan nama yang ada pada label. Lembar
data bahaya juga harus mendaftar sinonim produk atau substansinya, sinonim
adalah nama lain dengan substansi yang diketahui. Contohnya Methyl alcohol juga
dikenal sebagai Metanol atau Alkohol kayu.
Identifikasi pabrik : nama pabrik atau supplier, alamat, nomor telepon, tanggal
HDSs dibuat, dan nomor darurat untuk menelepon setelah jam kerja, merupakan ide
yang baik bagi pengguna produk untuk menelepon pabrik pembuat produk sehingga
mendapatkan informasi tentang produk tersebut sebelum terjadi hal yang darurat.
Bagian 2 : Bahan-bahan berbahaya
Untuk produk campuran, hanya
bahan-bahan berbahaya saja yang tercantum pada daftar khusus bahan kimia, dan
yang didata bila komposisinya ≥ 1% dari produk. Pengecualian untuk zat
karsinogen yang harus di daftar jika komposisinya 0,1% dari campuran. Batas
konsentrasi yaitu Permissible Exposure Limit (PEL) dan The Recommended Threshold Limit Value
(TLV ) harus didata dalam HDSs.
Bagian 3 : Data Fisik
Bagian ini mendata titik didih,
tekanan, density, titik cair, tampilan, bau, dan lain-lain. Informasi pada
bagian ini membantu anda mengerti bagaimana sifat bahan kimia dan jenis bahaya
yang ditimbulkannya.
Bagian 4 : Data Kebakaran Dan
Ledakan
Bagian ini mendata titik nyala api
dan batas mudah terbakar atau meledak, serta menjelaskan kepada anda bagaimana
memadamkan api. Informasi pada bagian ini dibutuhkan untuk mencegah, merencanakan
dan merespon kebakaran atau ledakan dari bahan-bahan kimia.
Bagian 5 : Data Reaktifitas
Bagian ini menjelaskan kepada anda
apakah suatu substansi stabil atau tidak, bila tidak, bahaya apa yang
ditimbulkan dalam keadaan tidak stabil. Bagian ini mendata ketidakcocokan
substansi, substansi mana yang tidak boleh diletakkan atau digunakan secara
bersamaan. Informasi ini penting untuk penyimpanan dan penanganan produk yang
tepat.
Bagian 6 : Data Bahaya Kesehatan
Rute tempat masuk (pernafasan,
penyerapan kulit atau ingestion), efek kesehatan akut dan kronik, tanda-tanda
dan gejala awal, apakah produknya bersifat karsinogen, masalah kesehatan yang
makin buruk bila terkena, dan pertolongan pertama yang
direkomendasikan/prosedur gawat darurat, semuanya seharusnya terdaftar di
bagian ini.
Bagian 7 : Tindakan Pencegahan Untuk
Penanganan
Informasi dibutuhkan untuk
memikirkan rencana respon gawat darurat, prosedur pembersihan, metode
pembuangan yang aman, yang dibutuhkan dalam penyimpanan, dan penanganan
tindakan pencegahan harus detail pada bagian ini. Akan tetapi sering kali
pabrik pembuat produk meringkas informasi ini dengan satu pernyataan yang
simple, seperti hindari menghirup asap atau hindari kontak dengan kulit.
Bagian 8 : Pengukuran Kontrol
Metode yang direkomendasikan untuk
control bahaya termasuk ventilasi, praktek kerja dan alat pelindung
diri/Personal Protective Equipment (PPE) dirincin pada bagian ini. Tipe
respirator, baju pelindung dan sarung tangan material yang paling resisten
untuk produk harus diberitahu. Lebih dari rekomendasi perlindungan material
yang paling resisten, HDSs boleh dengan simple menyatakan bahwa baju dan sarung
tangan yang tidak dapat ditembus harus digunakan. Bagian ini cenderung
menekankan alat pelindung diri daripada control engineering.
Pemasangan label dan tanda dengan
memakai lambang atau tulisan peringatan pada wadah atau tempat penyimpanan
untuk bahan berbahaya adalah tindakan pencegahan yang esensial. Tenaga kerja
yang bekerja pada proses produksi atau pengangkutan biasanya belum mengetahui
sifat bahaya dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula para
konsumen dari barang tersebut, dalam hal inilah pemberian label dan tanda
menjadi sangat penting.
Peringatan tentang bahaya dengan
label dan tanda merupakan syarat penting dalam perlindungan keselamatan kerja,
namun hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai perlindungan yang sudah
lengkap, usaha perlindungan keselamatan lainnya masih tetap diperlukan. Lambang
yang umum dipakai untuk bahan kimia yang memiliki sifat berbahaya adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.14 Tanda bahaya dari bahan
kimia
Keterangan :
E = Dapat Meledak T = Beracun
F+ = Sangat Mudah Terbakar C =
Korosif
F = Mudah Terbakar Xi = Iritasi
O = Pengoksidasi Xn = Berbahaya Jika
Tertelan
T+ = Sangat Beracun N = Berbahaya
Untuk Lingkungan
STRATEGI PENYIMPANAN DAN PENATAAN BAHAN KIMIA
I. PENDAHULUAN
Bahan kimia yang ada di laboratorium jumlahnya
relatif banyak seperti halnya jumlah peralatan. Di samping jumlahnya cukup
banyak juga bahan kimia dapat menimbulkan resiko bahaya cukup tinggi, oleh
karena itu dalam pengelolaan laboratorium aspek penyimpanan, penataan dan
pemeliharaan bahan kimia merupakan bagian
penting yang harus diperhatikan. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam
penyimpanan dan penataan bahan kimia diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation),
tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling),
fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment),
bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory),
dan informasi resiko bahaya (hazard information).
Penyimpanan dan penataan bahan kimia
berdasarkan urutan alfabetis tidaklah tepat, kebutuhan itu hanya diperlukan
untuk melakukan proses pengadministrasian. Pengurutan secara alfabetis akan
lebih tepat apabila bahan kimia sudah dikelompokkan menurut sifat fisis, dan
sifat kimianya terutama tingkat kebahayaannya. Bahan kimia yang tidak boleh
disimpan dengan bahan kimia lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah
sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan
sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia.
Bahan
Radioaktif>Bahan Piroforik>Bahan Eksplosif>CairanFlammable>Asam/basa
Korosif>Bahan Reaktif terhadapAir>PadatanFlammable>Bahan
Oksidator>BahanCombustible>Bahan Toksik>Bahan yang tidak
memerlukan pemisahansecara
khusus
|
Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu
jenis tingkat bahaya. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas
tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable
dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi
daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus
ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cair flammable daripada
disimpan pada cabinet bahan toxic. Berikut ini merupakan panduan umum
untuk mengurutkan tingkat bahaya bahan kimia dalam kaitan dengan
penyimpanannya.
Wadah bahan kimia dan lokasi penyimpanan harus
diberi label yang jelas. Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat
bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan
masing-masing kelompok bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda.
Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan
oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk
bahan yang bahayanya rendah.
Di samping
pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh lebih
penting. Informasi yang harus dicantumkan pada
botol reagen diantaranya :
-
Nama kimia dan rumusnya
-
Konsentrasi
-
Tanggal penerimaan
-
Tanggal pembuatan
-
Nama orang yang membuat reagen
-
Lama hidup
-
Tingkat bahaya
-
Klasifikasi lokasi penyimpanan
-
Nama dan alamat pabrik
Sebaiknya bahan kimia ditempatkan pada
fasilitas penyimpanan secara tertutup seperti dalam cabinet, loker, dsb. Tempat
penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas atau kena sengatan
sinar matahari. Di samping itu tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan
ventilasi yang menuju ruang asap atau ke luar ruangan. Bahan kimia cair yang
berbahaya harus disimpan pula dalam wadah sekunder seperti baki plastik untuk
mencegah timbulnya kecelakaan akibat bocor atau pecah. Wadah sekunder yang
diperlukan harus didasarkan atas ukuran wadah yang langsung diisi bahan kimia,
tidak atas dasar volume bahan cair yang ada dalam wadahnya. Ukuran wadah bahan
primer yang perlu disediakan wadah sekundernya yaitu :
1. Cairan radioaktif ketika wadah
berukuran ³ 250 mL
2. Semua cairan berbahaya lain untuk
wadah ³ 2,5 L
Secara umum pengelompokkan bahan berbahaya yang memerlukan wadah
sekunder adalah:
1.
Cairan flammable
dan combustible serta pelarut terhalogenasi misalnya alkohol, eter,
trikloroetan, perkloroetan dsb.
2.
Asam-asam mineral
pekat misalnya asam nitrat, asam klorida, asam sulfat, asam florida, asam
fosfat dsb.
3.
Basa-basa pekat
misalnya amonium hidroksida, natrium hidroksida, dan kalium hidroksida.
4. Bahan radioaktif
Bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan,
dan bahan kimia yang rusak harus dibuang melalui unit pengelolaan limbah. Ingat
bahwa biaya pembuangan bahan kimia akan meningkat jika ditunggu sampai waktu
cukup lama, oleh karena itu limbah kimia harus dibersihkan setiap saat.
II. ISI
Di suatu laboratorium, MSDS (Materials
Safety Data Sheets) atau sumber lain yang memberikan informasi tentang
resiko bahaya dari setiap bahan harus ada. Hubungi rumah sakit terdekat untuk
mendapatkan informasi itu, atau jalin hubungan dengan Rumah Sakit untuk
mempermudah penanganan jika terjadi kecelakaan di laboratorium. Di dalam MSDS
biasanya terdapat informasi tentang nama
produk dan industri, komposisi bahan, identifikasi tingkat bahaya, pertolongan
pertama bila terkena bahan itu, cara menangani kecelakaan, penanganan dan
penyimpanan, cara perlindungan fisik, kestabilan dan kereaktifan, informasi
toksikologi, ekologi, transportasi, pembuangan dan aturan pemerintah yang
diberlakukan.
Berikut ini akan dibahas tentang panduan cara
penyimpanan dan penataan bahan kimia untuk masing-masing bahan menurut kelompok
tingkat bahayanya.
1. Penyimpanan dan penataan bahan kimia
radioaktif
Tidak sembarangan laboratorium dapat
membeli, menggunakan, menyimpan dan membuang bahan radioaktif. Bahan tersebut
dapat diadakan di suatu lab makala mendapat izin dari Departemen Kesehatan
khususnya bagian radiasi. Sekalipun di laboratorium sekolah bahan ini tidak
tersedia, tidak ada salahnya bagi anda mengetahui cara penyimpanannya. Bahan
radioaktif harus disimpan di suatu tempat yang terawasi dan terjaga keamanannya
dari kehilangan oleh orang yang tak bertanggung jawab. Pada tempat penyimpanan harus dituliskan kata
“HATI-HATI BAHAN RADIOAKTIF ( CAUTION RADIOACTIVE MATERIALS)”. Catat
jumlah nyata dan perhatikan batas jumlah penyimpanan yang diperbolehkan.
Hubungi Radiation Safety Officer untuk memperoleh informasi rinci
tentang penggunaan dan penyimpanan bahan radioaktif tersebut.
2.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif
Bahan reaktif dikategorikan sebagai
bahan yang bereaksi sendiri atau berpolimerisasi menghasilkan api atau gas
toksik ketika ada perubahan tekanan atau suhu, gesekan, atau kontak dengan uap
lembab. Biasanya bahan reaktif memiliki lebih dari satu macam kelompok bahan
bahaya, misalnya bahan tersebut termasuk
padatan flammable juga sebagai bahan yang reaktif terhadap air, karena
itu memerlukan penanganan dan penyimpanan secara khusus. Biasanya sebelum
menentukan cara terbaik dalam penyimpanan bahan kimia reaktif, terlebih harus
menentukan bahaya spesifik dari bahan itu.
Bahan kimia
reaktif biasanya dikelompokkan menjadi bahan kimia piroforik, eksplosif,
pembentuk peroksida, dan reaktif air. Bahan piroforik adalah bahan yang dapat
terbakar ketika kontak dengan udara pada suhu < 54,44 0C. Bahan
kimia piroforik ada yang berupa padatan seperti fosfor, cairan seperti
tributilaluminium atau gas seperti silan. Bahan piroforik harus disimpan di
dalam cabinet flammable secara terpisah dari cairan flammable dan cairan
combustible. Unsur fosfor harus disimpan dan dipotong dalam air.
Demikian gas silan harus disimpan secara khusus.
Bahan eksplosif
adalah bahan yang dapat menimbulkan ledakan. Ledakan tersebut diakibatkan oleh
penguraian bahan secara cepat dan
menghasilkan pelepasan energi dalam bentuk panas, api dan perubahan tekanan
yang tinggi. Banyak faktor yang menyebabkan suatu bahan dapat meledak, sehingga
menyulitkan dalam pengelompokkan bahan eksplosif ini. Faktor yang menunjang
timbulnya ledakan dari bahan kimia di laboratorium diantaranya adalah : (1)
Kandungan oksigen senyawa. Beberapa peroksida (misalnya benzyol peroksida
kering) dan oksidator kuat lainnya mudah meledak, (2) Gugus reaktif. beberapa
senyawa seperti hidrazin memiliki gugus oksidatif dan reduktif, sehingga sangat
tidak stabil. Beberapa senyawa nitro (misalnya Trinitrotoluen/TNT, azida, asam
pikrat kering) juga mudah meledak. Hati-hati dalam membaca label bahan kimia,
dan perhatikan lambang yang menunjukkan kestabilan dan mudah meledaknya bahan
tersebut. Keputusan yang harus diambil dalam menentukan penyimpanan bahan mudah
meledak atas sifat masing-masing bahan kimia tersebut. Perhatikan secara khusus
agar penyimpanan bahan tersebut tidak mengundang atau meningkatkan bahaya
misalnya hindari penyimpanan asam pikrat jangan sampai kering.
Beberapa eter dan
senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan udara dan cahaya membentuk senyawa
peroksida yang tidak stabil. Bahan kimia yang dapat membentuk peroksida
tersebut diantaranya adapah p-dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid,
dan sikloheksena. Untuk meminimalkan timbulnya bahaya dari bahan kimia
tersebut, maka cara yang harus diperhatikan dalam penyimpanannya adalah sebagi
berikut :
1. Simpan bahan kimia pembentuk peroksida
itu dalam botol tertutup rapat (tidak kontak dengan udara) atau dalam wadah
yang tidak terkena cahaya.
2.
Berikan label
pada wadah tentang tanggal diterima dan dibuka bahan tersebut.
3.
Uji secara periodik (3 atau 6 bulan)
terjadinya pembentukan peroksida. Buanglah peroksida yang telah dibuka setelah
3 - 6 bulan
4.
Buanglah wadah bahan kimia pembentuk peroksida
yang tidak pernah dibuka sesuai batas
kadaluarsa yang diberikan pabrik atau 12 bulan setelah diterima.
Bahan yang reaktif dengan air apabila kontak
dengan dengan udara lembab saja akan menghasilkan senyawa toksik, flammable,
atau gas mudah meledak. Misalnya hipoklorit dan logam hidrida. Oleh karena itu
penyimpanan bahan kimia ini harus dijauhkan dari sumber air (jangan
menyimpannya di bawah atau di atas bak cuci, dst.). Gunakan pemadam api dengan bahan kimia
kering apabila terjadi kebaran dengan bahan ini. Simpan dalam desikator yang
diisi dengan silika gel.
3. Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif
Bahan kimia
korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan basa. Penyimpanan bahan kimia korosif jangan sampai
bereaksi dengan tempat penyimpanannya (lemari rak dan cabinet). Perhatikan
bahwa diantara bahan korosif dapat bereaksi dengan hebat, sehingga dapat
mengganggu kesehatan pengguna.
Untuk keperluan
penyimpanan, asam-asam yang berujud cairan diklasifikasi lagi menjadi tiga
jenis yaitu asam-asam organik (misalnya asam asetat glacial, asam
format, asam mineral (misalnya asam klorida dan asam fosfat), dan asam
mineral oksidator (misalnya asam kromat, asam florida, asam perklorat, dan
asam berasap seperti asam nitrat dan asam sulfat). Panduan penyimpanan untuk kelompok asam ini diantaranya
adalah :
a.
Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan
logam aktif seperti natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll.
b. Pisahkan asam-asam organik dari asam
mineral dan asam mineral oksidator,
c. Penyimpanan asam organik
biasanya dibolehkan dengan cairan flammable dan combustible.
d. Pisahkan asam dari bahan kimia yang
dapat menghasilkan gas toksik dan dapat menyala seperti natrium sianida
(NaCN), besi sulfida (FeS), kalsium
karbida (CaC2) dll.
e. Gunakan wadah sekunder untuk
menyimpan asam itu, dan gunakan botol bawaannya ketika dipindahkan ke luar lab.
f. Simpanlah botol asam pada
tempat dingin dan kering, dan jauhkan dari sumber panas atau tidak terkena
langsung sinar matahari.
g. Simpanlah asam dengan botol besar
pada kabinet atau lemari rak asam. Botol
besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
h.
Simpanlah wadah
asam pada wadah sekunder seperti baki plastik untuk menghindari cairan yang
tumpah atau bocor. Baki plastik atau panci kue dari pyrex sangat baik digunakan
lagi pula murah harganya. Khusus asam
perklorat harus disimpan pada wadah gelas atau porselen dan jauhkan dari bahan
kimia organik.
i.
Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat
pekat dan asam nitrat dari bahan flammable dan combustible.
Penyimpanan basa padatan atau cairan seperti amonium
hidroksida (NH4OH), kalsium hidroksida, Ca(OH)2, kalium
hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan sebagai berikut :
a.
Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan
eksplosif, peroksida organik, dan bahan flammable.
b. Simpan larutan basa anorganik dalam
wadah polyethylene (plastik).
c. Tempatkan wadah larutan basa
dalam baki plastik untuk menghindari pecah atau keborocan.
d. Simpanlah botol-botol besar larutan
basa dalam lemari rak atau cabinet yang tahan korosif. Botol besar disimpan
pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.
Gambar berikut memperlihatkan
penyimpanan bahan kimia pada wadah primer dan wadah sekunder yang disimpan
dalam lemari/cabinet.
4.
Penyimpanan dan penataan bahan kimia Flammable & Combustable
Cairan Bahan kimia
flammable dan combustible diklasifikasi menurut titik bakar/nyala (flash point) dan titik
didihnya (boiling point). Titik bakar dinyatakan sebagai suhu
minimum cairan untuk menghasilkan uap
yang cukup sehingga dapat terbakar ketika bercampur dengan udara. Cairan flammable kelas
I mempunyai titik bakar < 37,8 0C
dan memiliki tekanan uap tidak melebihi 40 pon/inci2 pada
37,8 0C. Cairan flammable ini
dibagi lagi ke dalam sub-klas yaitu :
a.
Kelas IA
mempunyai titik bakar < 22,8 0C
dan titik didih < 37,8 0C.
Misalnya aerosol flammable.
b. Kelas IB mempunyai titik bakar <
22,8 0C dan titik didih ³ 37,8 0C.
c. Kelas IC mempunyai titik bakar
³ 22,8 0C dan <
37,8 0C, sedangkan titik didihnya tidak ditentukan.
Cairan combustible
dikelompokkan ke dalam Kelas II dan III
dengan titik bakar ³ 37,8 0C. Cairan ini dibagi lagi ke dalam kelas sebagai berikut :
a.
Kelas II : Cairan
yang mempunyai titik bakar ³ 37,8 0C tetapi
< 60,0 0C.
b. Kelas III A : Cairan yang mempunyai
titik bakar ³ 60,0 0C dan <
93,4 0C.
c.
Kelas III B :
Cairan yang mempunyai titik bakar ³
93,4 0C.
Bahan kimia flammable
dapat disimpan dengan bahan kimia combustible, asam organik combustible
(misalnya asetat), pelarut non-flammable (metilklorida). Beberapa cairan
flammable yang umumnya dijumpai diantaranya adalah asetaldehid, aseton,
heksana, toluen, ksilena, etanol. Secara umum penyimpanan cairan flammable
di laboratorium adalah sebagai berikut .
a.
Cairan flammable
kelas I yang jumlahnya > 10 galon hingga 25 galon harus disimpan dalam wadah
(cans) yang aman, sedangkan dari > 25 galon hingga 60 galon harus disimpan
juga dalam cabinet.
b.
Wadah dari gelas
jangan digunakan untuk menyimpan cairan flammable. Pelarut dengan kualitas teknis harus disimpan dalam wadah
logam.
c.
Cairan flammable yang memerlukan
kondisi dingin, hanya disimpan pada kulkas yang bertuliskan “Lab-Safe”
atau “Flammable Storage Refrigerators”.
Jangan
sekali-kali menyimpan cairan flammable di dalam kulkas biasa.
d.
Jauhkan bahan flammable dari oksidator.
e.
Hindari
penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan matahari langsung,
sumber nyala atau api.
Bahan kimia
padatan yang cepat terbakar karena gesekan, panas, ataupun reaktif terhadap air dan
spontan terbakar dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium karbida, fosfor
pentaklorida, litium, dan kalium. Unsur litium (Li), kalium (K), dan natrium
(Na) harus disimpan di dalam minyak
tanah (kerosene) atau minyak mineral. Padatan flammable ini harus
disimpan dalam cabinet flammable dan dijauhkan dari cairan flammble
atau cairan combustible. Bila
reaktif terhadap air, janganlah disimpan di bawah bak cuci, dsb.
5. Penyimpanan dan penataan bahan kimia oksidator
Bahan kimia yang
termasuk oksidator adalah bahan kimia yang menunjang proses pembakaran dengan
cara melepaskan oksigen atau bahan yang dapat mengoksidasi senyawa lain.
Misalnya kalium permanganat (KMnO4), feri klorida (FeCl3),
natrium nitrat (NaNO3), hidrogen peroksida (H2O2).
Bahan kimia oksidator harus dipisahkan dari bahan-bahan flammable dan combustible
serta bahan kimia reduktor seperti seng (Zn), logam alkali (litium = Li,
natrium = Na, kalium = K, rubidium = Rb) dan asam formiat (HCOOH). Jangan
menyimpan pada wadah/tempat yang terbuat dari kayu juga jangan berdekatan
dengan bahan lain yang mudah terbakar. Simpan pada tempat dingin dan kering.
6. Penyimpanan dan penataan bahan kimia beracun
(toxic)
Bahan kimia ini
terdiri dari bahan beracun tinggi (highly toxic) dengan ciri memiliki
oral rate LD50 (Lethal Dosis 50%) < 50 mg/kG, beracun (toxic)
dengan oral rate LD50 50-100 mg/kG dan sebagai bahan kimia
karsinogen (penyebab kanker). Tulisi wadah bahan kimia ini dengan kata “bahan
beracun”. Simpan di dalam wadah yang tidak mudah pecah, dan tertutup rapat.
Tabel-1 memperlihatkan beberapa bahan kimia toksik yang selama ini sudah
dicarikan penggantinya. Sedangkan Tabel-2 memperlihatkan bahan-bahan kimia
karsinogen.
Tabel-1. Bahan Kimia Toksik dan
Penggantinya
Bahan Kimia Toksik
|
Pengganti |
Chloroform
|
Hexanes
|
Carbon tetrachloride
|
Hexanes
|
1,4-Dioxane
|
Tetrahydrofuran
|
Benzene
|
Cyclohexane atau
Toluene
|
Xylene
|
Toluene
|
2-Butanol
|
1-Butanol
|
Lead
chromate
|
Copper
carbonate
|
p-Dichlorobenzene
|
Naphthalene,
Lauric acid, Cetyl alcohol, 1-Octadecanol, Palmitic acid, or Stearic acid
|
Potassium
|
Calcium
|
Dichromate/Sulfuric
acid mixture
|
Ordinary
detergents
|
Trisodium
phosphate
|
Ordinary
detergents
|
Alcoholic
potassium hydroxide
|
Ordinary
detergents
|
Tabel-2 bahan
Kimia Karsinogen
Bahan Kimia
Karsinogen
|
|
Bahan
Kimia Karsinogen
|
o Vinyl chloride
|
7. Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif
cahaya
Penyimpanan bahan kimia yang sensitif cahaya harus
dipisahkan atas dasar tingkat kebahayaannya. Misalnya brom dengan oksidator, arsen dengan senyawa beracun.
Beberapa concoh senyawa sensitif cahaya diantaranya adalah brom (Br2),
garam merkuri, kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium
iodida (NaI) dll. Agar tidak terjadi penguraian, bahan kimia ini harus terhindar dari cahaya.
Simpanlah bahan sensitif cahaya ini dalam botol berwarna coklat (amber
bottle). Apabila botol penyimpan bahan kimia ini harus dibungkus dengan foil
(kertas perak/timah), maka tuliskan label pada bagian luar botol tersebut.
8.
Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed Gases)
Dengan memperhatikan Gambar-9 di atas,
a. Pisahkan dan tandai mana tabung gas yang berisi dan
mana yang kosong.
b. Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan menggunakan
rantai dan rak logam.
c. Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.
d. Pasang tutup pentil ketika
silinder tidak digunakan.
e. Jauhkan silinder dari sumber panas, bahan korosif bahan berasap maupun bahan mudah terbakar.
f. Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya
jika gas dari silinder satu dapat menimbulkan reaksi dengan gas dari silinder lain.
g. Gunakan lemari asap untuk mereaksikan gas yang diambil dari
silinder.
h. Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai ketika memindahkan
silinder gas berukuran besar.
i. Jagalah sumbat katup jangan sampai
lepas ketika menggeser-geserkan silinder, karena gas dalam silinder memiliki
tekanan tinggi.
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan, mana saja penyimpanannya yang harus didekatkan dan mana saja yang
harus dipisahkan.
Tabel-3
Matriks Bahan
Kimia yang incompatable
(tidak boleh disimpan bersamaan)
Asam An-organik
|
As.Oksidator
|
Asam Organik
|
Basa
|
Oksidator
|
Anorganik Racun
|
Organik racun
|
Reaktif air
|
Pelarut organik
|
|
Asam An-organik
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Asam oksidator
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Asam organik
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
||
Basa
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Oksidator
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||||
An-organik racun
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Organik racun
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Reaktif air
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
|||
Pelarut organik
|
X
|
X
|
X
|
X
|
X
|
x = tidak boleh disimpan bersamaan
Tabel-4 Klasifikasi Penyimpanan Bahan Kimia
Bahan Kimia
|
Tidak Boleh Bercampur dengan
|
Asam asetat
CH3COOH
|
Asam kromat,
H2Cr2O4; Asam nitrat, HNO3;
Senyawa hidroksil, -OH; Etilen glikol, C2H6O2;
Asam perklorat, HClO4; Peroksida, H2O2,
Na2O2;
Permanganat,
KMnO4
|
Aseton
CH3COCH3
|
Campuran
asam nitrat dan asam sulfat pekat, (HNO3 pkt + H2SO4
pkt); Basa kuat, NaOH, KOH
|
Asetilen
C2H2
|
Flor,
F2; Klor, Cl2;
Brom, Br2; Tembaga, Cu; Perak, Ag; Raksa, Hg
|
Logam
alkali
Li,
Na, K
|
Air, H2O; Karbon tetraklorida, CCl4;
Hidrokarbon terklorinasi, CH3Cl; Karbon dioksida, CO2; halogen,
F2, Cl2, Br2, I2
|
Amonia
anhidros,
NH3
|
Raksa,
Hg; Kalsium, Ca; Klor, Cl2; Brom, Br2; Iod, I2;
Asam florifa, HF; Hipoklorit, HClO, Ca(ClO)2
|
Amonium nitrat,
NH4NO3
|
Asam;
serbuk logam; cairan dapat terbakar; Klorat, ClO3- ; Nitrit, NO2-;
belerang, S8; serbuk organik; bahan dapat terbakar
|
Anilin
C6H5NH2
|
Asam nitrat, HNO3;
Hidrogen proksida, H2O2
|
Bahan
arsenat, AsO3-
|
Bahan
reduktor
|
Azida,
N3-
|
Asam
|
Brom, Br2
|
Amonia,
NH3; Asetilen, C2H2; butadiena, C4H6;
butana, C4H10; metana, CH4; propana, C3H8
( atau gas minyak bumi), hidrogen, H2;
Natrium karbida, NaC; terpentin; benzen, C6H6; serbuk
logam
|
Kalsium
oksida, CaO
|
Air,
H2O
|
Karbon
aktif, C
|
Kalsium hipoklorit, Ca(ClO)2; Semua
oksidator
|
Karbon
tetraklorida, CCl4
|
Natrium, Na
|
Klorat, ClO3-
|
Garam amonium; asam; Serbuk logam; Belerang, S8;
Bahan organik serbuk; Bahan dapat terbakar
|
Asam kromat, H2Cr2O4;
Krom trioksida, Cr2O3
|
Asam asetat, CH3COOH;
Naftalen, C10H8; Kamper, C10H16O;
gliserol, HOCH2CH(OH)CH2OH; Gliserin; terpentin;
alkohol; cairan mudah terbakar
|
Klor, Cl2
|
Ammonia, acetylene, butadiene,
butane, methane, propane (or other petroleum gases), hydrogen, sodium
carbide, turpentine, benzene, finely divided metals
|
Klor dioksida, ClO2
|
Ammonia, metana, fosfin, Asam
sulfida
|
Tembaga
|
Asetilen, hidrogen peroksida
|
Cumene hidroperoksida
|
Asam, organik atau anorganik
|
Sianida
|
Asam
|
Cairan dapat terbakar
|
Amonium
nitrat, Asam kromat, hidrogen peroksida, Asam nitrat, Natrium peroksida,
halogen
|
Hidrokarbon
|
Flor,
klor, brom, ASam kromat, Natrium peroksida
|
Asam sianat
|
Asam nitrat, Basa
|
Asam florida
|
Ammonia, aqueous or anhydrous
|
Hidrogen peroksida
|
Tembaga, Krom, Besi, Kebanyakan
logam atau garamnya, Alkohol, Aseton, bahan organik, Anilin, Nitrometan, Cairan
dapat terbakar
|
Asam sulfida
|
Asam
nitrat berasap, Asam lain, Gas oksidator, Asetilen, Amonia (berair atau
anhidros), Hidrogen
|
Hipoklorit
|
Asam, Karbon aktif
|
Iod
|
Asetilen, Amonia (berair atau
anhidros), Hidrogen
|
Raksa
|
Asetilen, Asam fulmanat, Amonia
|
Nitrat
|
Asam sulfat
|
Asam
nitrat (pekat)
|
Asam
asetat, Anilin, Asam kromat, Asam sianat, Asam sulfida, Cairan dapat
terbakar, Gas dapat terbakar, Tembaga, Kuningan, Logam berat
|
Nitrit
|
Asam
|
Nitroparafin
|
Basa anorganik, Amina
|
Asam oksalat
|
Perak, Raksa
|
Oksigen
|
Oli,
Lemak, hidrogen; Cairan, padatan, dan Gas dapat terbakar
|
Asam perklorat
|
Asetat anhidrid, Bismut dan aliasinya, Alkohol, Kertas, Kayu, Lemak
dan oli
|
Peroksida, organik
|
Asam
(organik atau mineral), Hindari gesekan, Simpan di tempat dingin
|
Fosfor (putih)
|
Udara, Oksigen, Basa, Bahan
reduktor
|
Kalium
|
Karbon
tetraklorida, Karbon dioksida, Air
|
Kalium klorat dan Perklorat
|
Asam sulfat dan asam lain
|
Kalium permanganat
|
Gliserin, Etilen glikol,
Benzaldehid, Asam sulfat
|
Selenida
|
Bahan reduktor
|
Perak
|
Asetilen,
Asam oksalat, Asam tartrat, Senyawa amonium, Asam fulmanat
|
Natrium
|
Karbon
tetraklorida, Karbon dioksida, Air
|
Natrium Nitrit
|
Amonium nitrat dan Garam amonium
lain
|
Natrium peroksida
|
Etil atau metil alkohol, Asam
asetat glacial, Asetat anhidrida, Benzaldehid, Karbon disulfida, Gliserin,
Etilen glikol, Etil asetat, Metil asetat, furfural
|
Sulfida
|
Asam
|
Asam sulfat
|
Kalium
klorat, Kalium perklorat, kalium permanganat (atau senyawa dari logam ringan
seperti natrium, litium, dll.)
|
Telurida
|
Bahan reduktor
|
(From
Manufacturing Chemists' Association, Guide for Safety in the
Chemical Laboratory, pp. 215-217, Van Nostrand Reinhold
|
III. PENUTUP
Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan keterampilan
kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas dan tanggung jawabnya, dan
mengikuti peraturan.
Salah satu aktivitas yang dilakukan di laboratorium adalah penyimpanan dan penataan bahan kimia. Penyimpanan bahan kimia sangat penting karena selain bahan kimia sangat mahal , juga menyangkut keselamatan kerja dilaboratorium.
Salah satu aktivitas yang dilakukan di laboratorium adalah penyimpanan dan penataan bahan kimia. Penyimpanan bahan kimia sangat penting karena selain bahan kimia sangat mahal , juga menyangkut keselamatan kerja dilaboratorium.
Hal – Hal yang perlu diperhatikan
dalam menyimpan bahan adalah :
1. Wujud Zat
1. Wujud Zat
Padat Disimpan terpisah dari cair
2. Konsentrasi Zat :
2. Konsentrasi Zat :
Konsentrasi yang pekat disimpat terpisah dan khusus , misalnya HCl pekat
3. Bahaya dari zat : Zat yang berbahaya tidak disimpan diatas ( lebih tinggi dari badan)
4. Label : Semua wadah yang berisi bahan / zat kimia harus diberi label
5. Kepekaan Zat terhadap cahaya
3. Bahaya dari zat : Zat yang berbahaya tidak disimpan diatas ( lebih tinggi dari badan)
4. Label : Semua wadah yang berisi bahan / zat kimia harus diberi label
5. Kepekaan Zat terhadap cahaya
Zat yang peka terhadap cahaya disimpan dalam botol cokelat
6. Kemudahan Menguap : zat yang mudah menguap disimpan ditempat yang dingin dan sejuk.
Cara menyimpan bahan laboratorium kimia dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, masing-masing bahan harus diketahui sifatnya sebelum melakukan penyimpanan, seperti:
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
3. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam
6. Kemudahan Menguap : zat yang mudah menguap disimpan ditempat yang dingin dan sejuk.
Cara menyimpan bahan laboratorium kimia dengan memperhatikan kaidah penyimpanan, masing-masing bahan harus diketahui sifatnya sebelum melakukan penyimpanan, seperti:
1. Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastik.
2. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca.
3. Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam
botol gelap dan diletakkan dalam
lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah
rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol
berwarna bening.
4. Bahan
berbahaya dan bahan korosif sebaiknya disimpan terpisah dari bahan lainnya.
5. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula
5. Penyimpanan bahan sebaiknya dalam botol induk yang berukuran besar dan dapat pula
menggunakan
botol berkran. Pengambilan bahan kimia dari botol sebaiknya secukupnya saja
sesuai kebutuhan praktikum pada saat itu. Sisa bahan praktikum disimpam dalam
botol kecil, jangan dikembalikan pada botol induk. Hal ini untuk menghindari
rusaknya bahan dalam botol induk karena bahan sisa praktikum mungkin sudah
rusak atau tidak murni lagi.
6. Bahan
disimpan dalam botol yang diberi simbol karakteristik masing-masing bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Imam, Agustus
2011. Penataan dan
pengadministrasian alat dan bahan laboratorium kimia, http://www. strategi penyimpanan
bahan kimia,pdf.
Muchtaridi
,Keselamatan kerja di laboratorium Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD
http://www.keselamatan kerja laboratorium, pdf.
Riandi,Agustus
20011. Pengelolaan Laboratorium IPA,http://www.
Laboratorium sain,pdf.
Situmorang,2011.Bahan Kuliah Pengelolaan Laboratorium,
PPS Unimed Medan.
Tim Dosen, 2009.
Pengelolaan Laboratorium, FMIPA
Unimed Medan
JANGAN LUPA UNTUK DOWNLOAD
POWER POINT NYA ^-^
POWER POINT NYA ^-^
No comments:
Post a Comment