BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Masalah lingkungan adalah ulah manusia,
dalam kegiatannya yang mengancam manusia dan lingkungan hidupnya. Masalah
lingkungan hidup terjadi berurutan dari kegiatan manusia dan menyebabkan siklus
permasalahan lingkungan yang berpanjangan. Masalah lingkungan wujudnya berupa
kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi.
Lingkungan adalah kesatuan ruang yang meliputi
seluruh benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia
dan aktivitasnya. Komponen lingkungan hidup terdiri dari faktor abiotik (tanah,
air, udara, cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan dan hewan, termasuk
manusia).
Lingkungan hidup, baik abiotik maupun biotik
memengaruhi dan dipengaruhi oleh manusia. Semua yang terdapat pada lingkungan
dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena
lingkungan memiliki daya dukung. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan
lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Makhluk hidup harus mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan agar dapat bertahan hidup dan mempertahankan keberadaannya
(eksistensi). Untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisme, diperlukan
adanya hubungan timbal balik (interaksi) antara kelompok-kelompok organisme dengan
lingkungan hidupnya Kondisi lingkungan yang alami dengan segala keragaman
interaksinya dapat menjaga keseimbangan alam.
Keseimbangan lingkungan secara alami dapat berlangsung karena beberapa hal,
yaitu komponen-komponen yang ada terlibat dalam reaksi-reaksi dan berperan
sesuai kondisi keseimbangn, pemindahan energi (arus energi), dan siklus
biogeokimia dapat berlangsung. Namun tidak menutup kemungkinan kondisi
lingkungan yang demikian tersebut dapat mengalami perubahan akibat campur
tangan manusia dengan segala pemenuhan kebutuhan yang melampaui batas. Gangguan
tersebut juga dapat berupa pengurangan fungsi dari komponen atau hilangnya
sebagian komponen yang dapat menyebabkan putusnya mata rantai dalam ekosistem.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
adalah : 1) Mengetahui pengertian lingkungan; 2) Mengetahui perubahan-
perubahan lingkungan secara alami; 3) Mengetahui solusi dan cara
penanggulangannya.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada
di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik
langsung maupun tidak langsung. Salah seorang ahli ilmu lingkungan, yaitu Otto
Soemarwoto mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan
adalah environment. Selanjutnya dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup
merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan
berpengaruh pada kehidupannya. Contoh, pada hewan seperti kucing, segala
sesuatu di sekeliling kucing dan berpengaruh pada keberlangsungan hidup kucing
tersebut maka itulah lingkungan hidupnya.
Menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya
yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.
2.2. Faktor-Faktor
Penyebab Perubahan Lingkungan Secara Alami
Faktor
alami yang menyebabkan perubahan keseimbangan komponen biotik dan abiotik meliputi bencana alam, contohnya gempa
bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kebakaran
hutan, badai, bahkan tsunami. Bencana alam tesebut dapat mengubah lahan pertanian
menjadi danau, kawasan yang telah tertata menjadi porak-poranda, dan menyebabkan
terputusnya rantai makanan akibat menurunnya populasi suatu jenis
makhluk hidup yang menunjukkan bahwa
keseimbangan lingkungan sudah terganggu.
2.2.1.
Gempa Bumi
1. Pengertian Gempa Bumi
Gempa
bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran pada permukaan bumi
akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat gempa. Energi yang
dilepaskan tersebut merambat melalui tanah dalam bentuk gelombang getaran.
Gelombang getaran yang sampai ke permukaan bumi disebut gempa bumi.
2. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
Banyak
teori yang telah dikemukan mengenai penyebab terjadinya gempa bumi. Menurut
pendapat para ahli, sebab-sebab terjadinya gempa adalah sebagai berikut:
a. Runtuhnya gua-gua besar yang
berada di bawah permukaan tanah. Namun, kenyataannya keruntuhan yng menyebabkan
terjadinya gempa bumi tidak pernah terjadi;
b. Tabrakan meteor pada permukaan
bumi. Bumi merupakan salah satu planet yang ada dalam susunan tata surya;
c. Letusan gunung berapi. Gempa bumi
ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung
api meletus. Gempa bumi jenis ini disebut gempa vulkanik dan jarang terjadi
bila dibandingkan dengan gempa tektonik.
d. Kegiatan tektonik. Semua gempa
bumi yang memiliki efek yang cukup besar berasal dari kegiatan tektonik. Gaya-gaya
tektonik biasa disebabkan oleh proses pembentukan gunung, pembentukan patahan,
gerakan-gerakan patahan lempeng bumi, dan tarikan atau tekanan bagian-bagian
benua yang besar. Gempa ini merupakan gempa yang umumnya berkekuatan lebih dari
5 skala Richter.
3. Kerusakan Akibat Gempa Bumi
Pada umumnya kerusakan akibat gempa
dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Kehilangan jiwa atau cacat jasmani; 2) Keruntuhan
dan kerusakan dari lingkungan alam dan konstruksi; 3) Banyak orang yang kehilangan
tempat tinggal; 4) Banyak orang yang kehilangan harta benda.
2.2.2.
Gunung Meletus
1.
Pengertian Gunung Meletus
Letusan
gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah
“erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan
aktif yang berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng terjadi
perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi, sekitar 1.0000C
sehingga mampu melelehkan material sekitarnya membentuk cairan pijar (magma).
Magma akan mengintrusi batuan atau tanah disekitarnya melalui rekahan-rekahan
mendekati permukaan bumi.
Cairan
magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan
dapat mencapai 700-1.2000C. Letusan gunung berapi yang membawa batu
dan abu dapat menyembur sampai radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya dapat
membanjiri sampai radius 90 km (Hartuti, 2009).
2. Dampak Dari Letusan Gunung Api
Terhadap Lingkungan
Apabila
sebuah gunung berapi meletus, dia akan mengeluarkan material-material yang
dikandungnya (dalam perut gunung tersebut). Material yang dikeluarkan oleh
sebuah gunung berapi yang sedang bererupsi dan bahayanya antara lain :
a.
Lava pijar
Lava pijar adalah material utama dari
gunung berapi, yaitu lelehan material (batu, pasir dll) cair dengan suhu hingga
ribuan derajar celcius. Daerah yang dilalui aliran lava pijar ini dengan mudah
akan terbakar. Material ini sangat berbahaya sekali bagi mahluk hidup karena
suhunya yang sangat tinggi.
b.
Awan panas
Material ini juga berbahaya bagi mahluk
hidup, karena awan panas dari dari letusan gunung berapi juga memiliki suhu
yang sangat tinggi (sekitar 500 derajat celcius). Ketika gunung berapi meletus,
awan panas akan keluar dan bergerak sesuai dengan arah angin yang membawanya.
Daerah yang dilaluinya dapat terbakar dan luluh lantak akibat terjangan awan
panas tersebut, jangankan manusia, bahkan hutanpun dapat terbakar karenanya.
c.
Hujan abu, pasir dan kerikil
Abu vulkanik akan keluar dari gunung
berapi ketika meletus, begitu juga pasir dan juga kerikil. Material ini
biasanya merupakan material yang paling banyak dikeluarkan oleh sebuah gunung
berapi yang meletus. Hutan yang terkena hujan abu, pasir, dan kerikil dalam
skala besar dapat rusak dan daun-daun dari tumbuhan dapat rontok karenanya.
Selain itu bahayanya bagi manusia sendiri
dapat mengganggu pernafasan dan juga dapat menyebabkan atap-atap rumah roboh
karena tidak kuat menahan beban abu vulkanik tersebut dalam skala besar.
Aktivitas penerbangan baik domestik ataupun mancanegara juga dapat terganggu
karena hujan abu yang pekat dapat mengganggu jarak pandang pilot, bahkan mesin
pesawat juga dapat rusak kalau terlalu banyak terisi abu vulkanik tersebut.
Hujan abu merupakan dampak dari letusan gunung berapi yang dapat menjangkau
daerah hingga ribuan kilometer dari tempat gunung yang sedang meletus. Abu
vulkanik dapat tertiup angin dan jatuh pada tempat yang sangat jauh searah
dengan tiupan angin tersebut.
d.
Gempa bumi dan tsunami
Letusan gunung berapi biasanya juga
disertai dengan gempa bumi vulkanik. Gejolak magma dalam perut gunung berapi
dapat mengakibatkan getaran-getaran yang besar, tergantung seberapa besar
gunung dan letusan dari gunung tersebut. Gunung berapi besar dengan letusan
yang sangat besar dapat memicu terjadinya gempa bumi vulkanik disekitar gunung
tersebut dalam skala besar. Tentunya hal ini dapat mengakibatkan daerah
disekitar gunung tersebut porak poranda akibat guncangan gempa tersebut. Selain
itu, letusan gunung berapi yang berada di laut dapat menyebabkan tsunami yang
tingginya hingga puluhan meter. Ini pernah terjadi di Indonesia ketika gunung
Krakatau meletus. Longsoran gunung tersebut jatuh ke laut sehingga menimbulkan
tsunami yang tingginya puluhan meter dan menerjang sisi Barat pulau Jawa dan
sisi Selatan pulau Sumatra dan menelan puluhan ribu korban jiwa.
e.
Gas beracun
Letusan gunung berapi juga mengeluarkan
gas-gas beracun yang berbahaya bagi mahluk hidup. Gas beracun ini biasanya
keluar bersamaan dengan keluarnya abu vulkanik.
f.
Banjir lahar dingin
Ini bisa dikatakan bahaya sekunder dari letusan sebuah gunung
berapi. Lahar dingin adalah material dari letusan gunung berapi (abu vulkanik,
pasir, kerikil, batu) yang terbawa air turun melalui sungai-sungai yang berhulu
di gunung tersebut. Apabila sebuah gunung berapi meletus, di puncak gunung dan
di lereng gunung tersebut akan dipenuhi oleh abu, pasir, kerikil dan bahkan
bebatuan vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung tersebut. Pada saat puncak dan
lereng gunung tersebut diguyur hujan deras, maka material tersebut akan terbawa
air turun melalui sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung tersebut. Apa
bila hal ini terjadi, tentunya sungai-sungai tersebut akan mendangkal dan dapat
terjadi luapan yang membahayakan bagi masyarakat yang bermukim disepanjang
bantaran sungai tersebut.
2.2.3. Tsunami
1. Pengertian Tsunami
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti
"pelabuhan", dan name berarti"gelombang", sehingga tsunami
dapat diartikan sebagai "gelombang pelabuhan". Istilah ini pertama
kali muncul di kalangan nelayan Jepang. Karena panjang gelombang tsunami sangat
besar pada saat berada di tengah laut, para nelayan tidak merasakan adanya
gelombang ini. Namun setibanya kembali ke pelabuhan, mereka mendapati wilayah
di sekitar pelabuhan tersebut rusak parah. Karena itulah mereka menyimpulkan
bahwa gelombang tsunami hanya timbul di wilayah sekitar pelabuhan, dan tidak di
tengah lautan yang dalam.
Tsunami adalah sebuah ombak yang
terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus, atau
hantaman meteor di laut. Tsunami tidak terlihat saat masih berada jauh di
tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang
bergerak cepat ini akan semakin membesar.
2. Kerusakan Akibat Tsunami
Energi
tsunami bisa mencapai 10% dari energi gempa pemicunya. Bisa dibayangkan, gempa
dengan kekuatan mencapai 9.0R akan menghasilkan energi yang setara dengan lebih
dari 100.000 kali kekuatanbom atom Hiroshima, Jepang. Bentuk pantai, bentuk
dasar laut wilayah pantai, sudut kedatangan gelombang, dan bentuk depan
gelombang tsunami yang datang ke pantai akan sangat berpengaruh terhadap
kerusakan yang ditimbulkan. Karena beberapa alasan ini, sebagian pantai akan
dilanda tsunami dengan tingkat kerusakan dan ketinggian arus yang berbeda
dibanding pantai yang lain, meski letaknya tidak terlalu berjauhan. Daerah
teluk akan menderita tsunami lebih parah akibat konsentrasi energi tsunami.
Korban
meninggal akibat tsunami terjadi biasanya karena tenggelam, terseret arus,
terkubur pasir, terhantam serpihan atau puing, dan lain lain. Kerusakan lain
akan meliputi kerusakan rumah tinggal, bangunan pantai, prasarana lalu lintas
(jalan kereta, jalan raya, dan pelabuhan), suplai air, listrik, dan telpon.
Gelombang tsunami juga akan merusak sektor perikanan, pertanian, kehutanan,
industri minyak berupa pencemaran dan kebakaran.
BAB
3
SOLUSI PENANGGULANGAN
3.1. Penanggulangan
Bencana Alam
Bencana
adalah suatu kecelakaan sebagai hasil dari faktor buatan manusia atau alami
(atau suatu kombinasi kedua-duanya) yang mempunyai dampak negatif pada kondisi
kehidupan manusia dan flora/fauna. Bencana alam meliputi banjir, musim kering
berkepanjangan, gempa bumi, gelombang tsunami, angin puyuh, angin topan, tanah
longsor, letusan gunung berapi (vulkanis) dan lain-lain. Bencana buatan manusia
dapat meliputi radiasi akibat kecelakaan bahan kimia, minyak tumpah, kebakaran
hutan dan lain lain.
Untuk
menangani masalah bencana maka dikenal dengan penanggulangan bencana, yaitu
suatu siklus kegiatan yang saling berkaitan, mulai dari kegiatan pencegahan,
kegiatan mitigasi, kegiatan kesiapsiagaan, kegiatan tanggap darurat, kegiatan
pemulihan yang meliputi restorasi, rehabilitasi dan rekonstruksi, serta
kegiatan pembangunan. Semua kegiatan, mulai dari tanggap darurat sampai
pengumpulan data dan informasi serta pembangunan, merupakan rangkaian dalam
menghadapi kemungkinan bencana. Tahap-tahap ini dapat saling berkaitan dan
merupakan lingkaran atau siklus manajemen bencana.
Mitigasi
bencana merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penanggulangan bencana,
karena kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengantisipasi agar dampak
yang ditimbulkan dapat dikurangi. Mitigasi bencana alam dilakukan secara
struktural dan non struktural. Secara struktural yaitu dengan melakukan upaya
teknis, baik secara alami maupun buatan mengenai sarana dan prasarana mitigasi.
Secara non struktural adalah upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan
pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya
mitigasi struktural maupun upaya lainnya.
3.2.
Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi
1. Harus
dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan gempa;
2. Perkuatan
bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan;
3. Pembangunan
fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi;
4. Perkuatan
bangunan-bangunan vital yang telah ada;
5. Rencanakan
penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan
gempa bumi;
6. Zonasi
daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan;
7. Pendidikan
dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara – cara penyelamatan
diri jika terjadi gempa bumi;
8. Ikut
serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat
terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama;
9. Persiapan alat
pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat
lainnya; 10) Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga
dalam menghadapi gempa bumi.
3.3. Penanganan Letusan Gunung Api
1. Sebelum Terjadi Letusan
1)Melakukan
pemantauan dan pengamatan aktivitas semua gunungapi aktif; 2)Membuat dan
menyediakan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Risiko Bahaya Gunungapi,
yang didukung dengan dengan Peta Geologi Gunungapi; 3)Melaksanakan prosedur
tetap penanggulangan bencana letusan gunungapi; 4)Melakukan bimbingan dan
pemberian informasi kegunungapian; 5)Melakukan penyelidikan dan penelitian
geologi, geofisika, dan geokimia di gunungapi; 6)Melakukan peningkatan sumber
daya manusia dan pendukungnya (sarana dan prasarana).
2. Setelah Terjadi Letusan
1)Menginventarisir
data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan; 2) Mengidentifikasi daerah
yang terancam bahaya lanjutan; 3) Memberikan saran penanggulangan bahaya;4)Memberikan
penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang; 5) Memperbaiki fasilitas
pemantauan yang rusak; 6) Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah
menurun; 7) Melanjutkan pemantauan rutin.
3.4. Upaya Mengurangi Bahaya Tsunami
Banyaknya
korban jiwa karena tsunami disebabkan banyak faktor seperti kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang gempa dan tsunami, terbatasnya peralatan,
peramalan, peringatan dan masih banyak lagi. Untuk mengurangi bahaya bencana
tsunami diperlukan perhatian khusus terhadap 3 hal yaitu: Struktur Pantai
(CoastalStructures), Penatataan Wilayah (City Planning) Sistem yang terpadu
(Tsunami Prevention System).
BAB
4
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Dari makalah ini dapat
penulis simpulkan bahwa : 1) Masalah lingkungan adalah ulah manusia, dalam
kegiatannya yang mengancam manusia dan lingkungan hidupnya; 2) Lingkungan
adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung; 3) Faktor alami yang menyebabkan perubahan keseimbangan
komponen biotik dan abiotik meliputi bencana alam, contohnya gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan,
badai, bahkan tsunami; 4) Untuk
menangani masalah bencana maka dikenal dengan penanggulangan bencana, yaitu
suatu siklus kegiatan yang saling berkaitan, mulai dari kegiatan pencegahan,
kegiatan mitigasi, kegiatan kesiapsiagaan, kegiatan tanggap darurat, kegiatan
pemulihan yang meliputi restorasi, rehabilitasi dan rekonstruksi, serta
kegiatan pembangunan.
4.2.
Saran
1.
Senantiasa menjaga keseimbangan dan kelestarian
lingkungan sekitar;
2.
Pemerintah tidak boleh lemah dalam pengawasan dan
penegakan peraturan tentang pengelolaan lingkungan;
3. Diharapkan
untuk mengadakan sosialisasi pemahaman dampak perubahan lingkungan dan etika
lingkungan kepada masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap keberadaan
lingkungan dan makhluk hidup disekitarnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Kistinnah, Idun & Endang SL. 2009. BIOLOGI Makhluk Hidup dan lingkungannya SMA/MA. Jakarta: Buku Sekolah Elektronik
Ibnurusydy. 2010. “Penanggulangan Bencana Letusan
Gunung Api”.
Tanggal akses : 20 September 2013
Garutkab. 2009. “ Gempa Bumi ”.
http://www.garutkab.go.id/
article/Penyebab Terjadinya Gempa Bumi.pdf
Tanggal akses : 20 September
2013
No comments:
Post a Comment