Monday 2 November 2015

MAKALAH TENTANG LINGKUNGAN



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang
       Masalah lingkungan adalah ulah manusia, dalam kegiatannya yang mengancam manusia dan lingkungan hidupnya. Masalah lingkungan hidup terjadi berurutan dari kegiatan manusia dan menyebabkan siklus permasalahan lingkungan yang berpanjangan. Masalah lingkungan wujudnya berupa kerusakan-kerusakan lingkungan yang terjadi.
       Lingkungan adalah kesatuan ruang yang meliputi seluruh benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya. Komponen lingkungan hidup terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan dan hewan, termasuk manusia).
       Lingkungan hidup, baik abiotik maupun biotik memengaruhi dan dipengaruhi oleh manusia. Semua yang terdapat pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
       Makhluk hidup harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan agar dapat bertahan hidup dan mempertahankan keberadaannya (eksistensi). Untuk mempertahankan kelangsungan hidup organisme, diperlukan adanya hubungan timbal balik (interaksi) antara kelompok-kelompok organisme dengan lingkungan hidupnya Kondisi lingkungan yang alami dengan segala keragaman interaksinya dapat menjaga keseimbangan alam.
       Keseimbangan lingkungan secara alami dapat berlangsung karena beberapa hal, yaitu komponen-komponen yang ada terlibat dalam reaksi-reaksi dan berperan sesuai kondisi keseimbangn, pemindahan energi (arus energi), dan siklus biogeokimia dapat berlangsung. Namun tidak menutup kemungkinan kondisi lingkungan yang demikian tersebut dapat mengalami perubahan akibat campur tangan manusia dengan segala pemenuhan kebutuhan yang melampaui batas. Gangguan tersebut juga dapat berupa pengurangan fungsi dari komponen atau hilangnya sebagian komponen yang dapat menyebabkan putusnya mata rantai dalam ekosistem.
1.2. Tujuan

       Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1) Mengetahui pengertian lingkungan; 2) Mengetahui perubahan- perubahan lingkungan secara alami; 3) Mengetahui solusi dan cara penanggulangannya.
      



BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Lingkungan

       Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Salah seorang ahli ilmu lingkungan, yaitu Otto Soemarwoto mengemukakan bahwa dalam bahasa Inggris istilah lingkungan adalah environment. Selanjutnya dikatakan, lingkungan atau lingkungan hidup merupakan segala sesuatu yang ada pada setiap makhluk hidup atau organisme dan berpengaruh pada kehidupannya. Contoh, pada hewan seperti kucing, segala sesuatu di sekeliling kucing dan berpengaruh pada keberlangsungan hidup kucing tersebut maka itulah lingkungan hidupnya.
       Menurut Undang-Undang Rl Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, menyatakan bahwa lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
2.2. Faktor-Faktor Penyebab Perubahan Lingkungan Secara Alami

       Faktor alami yang menyebabkan perubahan keseimbangan komponen biotik dan abiotik meliputi bencana alam, contohnya gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, badai, bahkan tsunami. Bencana alam tesebut dapat mengubah lahan pertanian menjadi danau, kawasan yang telah tertata menjadi porak-poranda, dan menyebabkan terputusnya rantai makanan akibat menurunnya populasi suatu jenis makhluk hidup yang menunjukkan bahwa keseimbangan lingkungan sudah terganggu.
2.2.1. Gempa Bumi
1. Pengertian Gempa Bumi
       Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran pada permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat gempa. Energi yang dilepaskan tersebut merambat melalui tanah dalam bentuk gelombang getaran. Gelombang getaran yang sampai ke permukaan bumi disebut gempa bumi.
2. Penyebab Terjadinya Gempa Bumi
       Banyak teori yang telah dikemukan mengenai penyebab terjadinya gempa bumi. Menurut pendapat para ahli, sebab-sebab terjadinya gempa adalah sebagai berikut:
a. Runtuhnya gua-gua besar yang berada di bawah permukaan tanah. Namun, kenyataannya keruntuhan yng menyebabkan terjadinya gempa bumi tidak pernah terjadi;
b. Tabrakan meteor pada permukaan bumi. Bumi merupakan salah satu planet yang ada dalam susunan tata surya;
c. Letusan gunung berapi. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Gempa bumi jenis ini disebut gempa vulkanik dan jarang terjadi bila dibandingkan dengan gempa tektonik.
d. Kegiatan tektonik. Semua gempa bumi yang memiliki efek yang cukup besar berasal dari kegiatan tektonik. Gaya-gaya tektonik biasa disebabkan oleh proses pembentukan gunung, pembentukan patahan, gerakan-gerakan patahan lempeng bumi, dan tarikan atau tekanan bagian-bagian benua yang besar. Gempa ini merupakan gempa yang umumnya berkekuatan lebih dari 5 skala Richter.
3. Kerusakan Akibat Gempa Bumi
       Pada umumnya kerusakan akibat gempa dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1) Kehilangan jiwa atau cacat jasmani; 2) Keruntuhan dan kerusakan dari lingkungan alam dan konstruksi; 3) Banyak orang yang kehilangan tempat tinggal; 4) Banyak orang yang kehilangan harta benda.


2.2.2. Gunung Meletus
1. Pengertian Gunung Meletus
       Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah “erupsi”. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif yang berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi, sekitar 1.0000C sehingga mampu melelehkan material sekitarnya membentuk cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah disekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.
       Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan dapat mencapai 700-1.2000C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya dapat membanjiri sampai radius 90 km (Hartuti, 2009).
2. Dampak Dari Letusan Gunung Api Terhadap Lingkungan
       Apabila sebuah gunung berapi meletus, dia akan mengeluarkan material-material yang dikandungnya (dalam perut gunung tersebut). Material yang dikeluarkan oleh sebuah gunung berapi yang sedang bererupsi dan bahayanya antara lain :
a. Lava pijar
       Lava pijar adalah material utama dari gunung berapi, yaitu lelehan material (batu, pasir dll) cair dengan suhu hingga ribuan derajar celcius. Daerah yang dilalui aliran lava pijar ini dengan mudah akan terbakar. Material ini sangat berbahaya sekali bagi mahluk hidup karena suhunya yang sangat tinggi.
b. Awan panas
       Material ini juga berbahaya bagi mahluk hidup, karena awan panas dari dari letusan gunung berapi juga memiliki suhu yang sangat tinggi (sekitar 500 derajat celcius). Ketika gunung berapi meletus, awan panas akan keluar dan bergerak sesuai dengan arah angin yang membawanya. Daerah yang dilaluinya dapat terbakar dan luluh lantak akibat terjangan awan panas tersebut, jangankan manusia, bahkan hutanpun dapat terbakar karenanya.

c. Hujan abu, pasir dan kerikil
       Abu vulkanik akan keluar dari gunung berapi ketika meletus, begitu juga pasir dan juga kerikil. Material ini biasanya merupakan material yang paling banyak dikeluarkan oleh sebuah gunung berapi yang meletus. Hutan yang terkena hujan abu, pasir, dan kerikil dalam skala besar dapat rusak dan daun-daun dari tumbuhan dapat rontok karenanya.
       Selain itu bahayanya bagi manusia sendiri dapat mengganggu pernafasan dan juga dapat menyebabkan atap-atap rumah roboh karena tidak kuat menahan beban abu vulkanik tersebut dalam skala besar. Aktivitas penerbangan baik domestik ataupun mancanegara juga dapat terganggu karena hujan abu yang pekat dapat mengganggu jarak pandang pilot, bahkan mesin pesawat juga dapat rusak kalau terlalu banyak terisi abu vulkanik tersebut. Hujan abu merupakan dampak dari letusan gunung berapi yang dapat menjangkau daerah hingga ribuan kilometer dari tempat gunung yang sedang meletus. Abu vulkanik dapat tertiup angin dan jatuh pada tempat yang sangat jauh searah dengan tiupan angin tersebut.
d. Gempa bumi dan tsunami
       Letusan gunung berapi biasanya juga disertai dengan gempa bumi vulkanik. Gejolak magma dalam perut gunung berapi dapat mengakibatkan getaran-getaran yang besar, tergantung seberapa besar gunung dan letusan dari gunung tersebut. Gunung berapi besar dengan letusan yang sangat besar dapat memicu terjadinya gempa bumi vulkanik disekitar gunung tersebut dalam skala besar. Tentunya hal ini dapat mengakibatkan daerah disekitar gunung tersebut porak poranda akibat guncangan gempa tersebut. Selain itu, letusan gunung berapi yang berada di laut dapat menyebabkan tsunami yang tingginya hingga puluhan meter. Ini pernah terjadi di Indonesia ketika gunung Krakatau meletus. Longsoran gunung tersebut jatuh ke laut sehingga menimbulkan tsunami yang tingginya puluhan meter dan menerjang sisi Barat pulau Jawa dan sisi Selatan pulau Sumatra dan menelan puluhan ribu korban jiwa.


e. Gas beracun
       Letusan gunung berapi juga mengeluarkan gas-gas beracun yang berbahaya bagi mahluk hidup. Gas beracun ini biasanya keluar bersamaan dengan keluarnya abu vulkanik.
f. Banjir lahar dingin
       Ini bisa dikatakan bahaya sekunder dari letusan sebuah gunung berapi. Lahar dingin adalah material dari letusan gunung berapi (abu vulkanik, pasir, kerikil, batu) yang terbawa air turun melalui sungai-sungai yang berhulu di gunung tersebut. Apabila sebuah gunung berapi meletus, di puncak gunung dan di lereng gunung tersebut akan dipenuhi oleh abu, pasir, kerikil dan bahkan bebatuan vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung tersebut. Pada saat puncak dan lereng gunung tersebut diguyur hujan deras, maka material tersebut akan terbawa air turun melalui sungai-sungai yang berhulu di puncak gunung tersebut. Apa bila hal ini terjadi, tentunya sungai-sungai tersebut akan mendangkal dan dapat terjadi luapan yang membahayakan bagi masyarakat yang bermukim disepanjang bantaran sungai tersebut.
2.2.3. Tsunami
1. Pengertian Tsunami
       Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang. Tsu berarti "pelabuhan", dan name berarti"gelombang", sehingga tsunami dapat diartikan sebagai "gelombang pelabuhan". Istilah ini pertama kali muncul di kalangan nelayan Jepang. Karena panjang gelombang tsunami sangat besar pada saat berada di tengah laut, para nelayan tidak merasakan adanya gelombang ini. Namun setibanya kembali ke pelabuhan, mereka mendapati wilayah di sekitar pelabuhan tersebut rusak parah. Karena itulah mereka menyimpulkan bahwa gelombang tsunami hanya timbul di wilayah sekitar pelabuhan, dan tidak di tengah lautan yang dalam.
Tsunami adalah sebuah ombak yang terjadi setelah sebuah gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus, atau hantaman meteor di laut. Tsunami tidak terlihat saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin membesar.
2. Kerusakan Akibat Tsunami
       Energi tsunami bisa mencapai 10% dari energi gempa pemicunya. Bisa dibayangkan, gempa dengan kekuatan mencapai 9.0R akan menghasilkan energi yang setara dengan lebih dari 100.000 kali kekuatanbom atom Hiroshima, Jepang. Bentuk pantai, bentuk dasar laut wilayah pantai, sudut kedatangan gelombang, dan bentuk depan gelombang tsunami yang datang ke pantai akan sangat berpengaruh terhadap kerusakan yang ditimbulkan. Karena beberapa alasan ini, sebagian pantai akan dilanda tsunami dengan tingkat kerusakan dan ketinggian arus yang berbeda dibanding pantai yang lain, meski letaknya tidak terlalu berjauhan. Daerah teluk akan menderita tsunami lebih parah akibat konsentrasi energi tsunami.
       Korban meninggal akibat tsunami terjadi biasanya karena tenggelam, terseret arus, terkubur pasir, terhantam serpihan atau puing, dan lain lain. Kerusakan lain akan meliputi kerusakan rumah tinggal, bangunan pantai, prasarana lalu lintas (jalan kereta, jalan raya, dan pelabuhan), suplai air, listrik, dan telpon. Gelombang tsunami juga akan merusak sektor perikanan, pertanian, kehutanan, industri minyak berupa pencemaran dan kebakaran.






BAB 3
SOLUSI PENANGGULANGAN
3.1. Penanggulangan Bencana Alam

       Bencana adalah suatu kecelakaan sebagai hasil dari faktor buatan manusia atau alami (atau suatu kombinasi kedua-duanya) yang mempunyai dampak negatif pada kondisi kehidupan manusia dan flora/fauna. Bencana alam meliputi banjir, musim kering berkepanjangan, gempa bumi, gelombang tsunami, angin puyuh, angin topan, tanah longsor, letusan gunung berapi (vulkanis) dan lain-lain. Bencana buatan manusia dapat meliputi radiasi akibat kecelakaan bahan kimia, minyak tumpah, kebakaran hutan dan lain lain.
       Untuk menangani masalah bencana maka dikenal dengan penanggulangan bencana, yaitu suatu siklus kegiatan yang saling berkaitan, mulai dari kegiatan pencegahan, kegiatan mitigasi, kegiatan kesiapsiagaan, kegiatan tanggap darurat, kegiatan pemulihan yang meliputi restorasi, rehabilitasi dan rekonstruksi, serta kegiatan pembangunan. Semua kegiatan, mulai dari tanggap darurat sampai pengumpulan data dan informasi serta pembangunan, merupakan rangkaian dalam menghadapi kemungkinan bencana. Tahap-tahap ini dapat saling berkaitan dan merupakan lingkaran atau siklus manajemen bencana.
       Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang sangat penting dalam penanggulangan bencana, karena kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk mengantisipasi agar dampak yang ditimbulkan dapat dikurangi. Mitigasi bencana alam dilakukan secara struktural dan non struktural. Secara struktural yaitu dengan melakukan upaya teknis, baik secara alami maupun buatan mengenai sarana dan prasarana mitigasi. Secara non struktural adalah upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi struktural maupun upaya lainnya.



3.2. Upaya Pengurangan Bencana Gempa Bumi
1.    Harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan gempa;
2.    Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan;
3.    Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi;
4.    Perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada;
5.    Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan gempa bumi;
6.    Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan;
7.    Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara – cara penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi;
8.    Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan, kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi, pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama;
9.    Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakat lainnya; 10) Rencana kontinjensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.
3.3. Penanganan Letusan Gunung Api
1. Sebelum Terjadi Letusan
       1)Melakukan pemantauan dan pengamatan aktivitas semua gunungapi aktif; 2)Membuat dan menyediakan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Risiko Bahaya Gunungapi, yang didukung dengan dengan Peta Geologi Gunungapi; 3)Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunungapi; 4)Melakukan bimbingan dan pemberian informasi kegunungapian; 5)Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika, dan geokimia di gunungapi; 6)Melakukan peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya (sarana dan prasarana).


2. Setelah Terjadi Letusan
       1)Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan; 2) Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya lanjutan; 3) Memberikan saran penanggulangan bahaya;4)Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang; 5) Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak; 6) Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun; 7) Melanjutkan pemantauan rutin.
3.4. Upaya Mengurangi Bahaya Tsunami
       Banyaknya korban jiwa karena tsunami disebabkan banyak faktor seperti kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gempa dan tsunami, terbatasnya peralatan, peramalan, peringatan dan masih banyak lagi. Untuk mengurangi bahaya bencana tsunami diperlukan perhatian khusus terhadap 3 hal yaitu: Struktur Pantai (CoastalStructures), Penatataan Wilayah (City Planning) Sistem yang terpadu (Tsunami Prevention System).



BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
       Dari makalah ini dapat penulis simpulkan bahwa : 1) Masalah lingkungan adalah ulah manusia, dalam kegiatannya yang mengancam manusia dan lingkungan hidupnya; 2) Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung; 3) Faktor alami yang menyebabkan perubahan keseimbangan komponen biotik dan abiotik meliputi bencana alam, contohnya gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor, kebakaran hutan, badai, bahkan tsunami; 4) Untuk menangani masalah bencana maka dikenal dengan penanggulangan bencana, yaitu suatu siklus kegiatan yang saling berkaitan, mulai dari kegiatan pencegahan, kegiatan mitigasi, kegiatan kesiapsiagaan, kegiatan tanggap darurat, kegiatan pemulihan yang meliputi restorasi, rehabilitasi dan rekonstruksi, serta kegiatan pembangunan.
4.2. Saran
1. Senantiasa menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan sekitar;
2. Pemerintah tidak boleh lemah dalam pengawasan dan penegakan peraturan tentang pengelolaan lingkungan;
3.  Diharapkan untuk mengadakan sosialisasi pemahaman dampak perubahan lingkungan dan etika lingkungan kepada masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap keberadaan lingkungan dan makhluk hidup disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Kistinnah, Idun &  Endang SL. 2009. BIOLOGI Makhluk Hidup dan lingkungannya SMA/MA. Jakarta: Buku Sekolah Elektronik
Ibnurusydy. 2010. “Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Api”.
Tanggal akses : 20 September 2013
Garutkab. 2009. “ Gempa Bumi ”.
http://www.garutkab.go.id/ article/Penyebab Terjadinya Gempa Bumi.pdf
Tanggal akses : 20 September 2013







No comments:

Post a Comment