Monday 2 November 2015

MAKALAH TENTANG HEMOSTASIS (PATOLOGI)



BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar belakang
Hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak, agar tejadi perdarahan dari pembuluh darah dan tekanan dalam pembuluh darah harus lebih besar dari padatekanan di luar untuk mendorong darah melalui kerusakan tersebut. Darah adalah suatu cairan yang diciptakan untuk memberi tubuh kita kehidupan. Pada saat beredar di dalam tubuh, darah menghangatkan, mendinginkan, memberi makan, dan melindungi tubuh dari zat-zat beracun. Selain itu, darah segera memperbaiki kerusakan apa pun pada dinding pembuluh darah sehingga sistem tersebut pun diremajakan kembali.
Rata-rata terdapat 1,32 galon (5 liter) darah dalam tubuh manusia yang memiliki berat 132 pon (60 kg). Jantung mampu mengedarkan seluruh jumlah ini di dalam tubuh dengan mudah dalam sesaat. Bahkan, saat berlari atau berolah raga, tingkat peredaran ini meningkat hingga lima kali lebih cepat. Pembuluh darah diciptakan dengan bentuk yang sempurna sehingga tidak ada penyumbatan atau pun endapan yang terbentuk.
Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus terbentuk segera untuk mencegah makhluk hidup mengalami kematian, kemudian darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka, dan lebih penting lagi harus terbentuk tepat di atas dan tetap berada di atas luka tersebut. Di tempat terjadinya pendarahan terbentuk gumpalan darah beku yang menyumbat dan menyembuhkan luka. Hilangnya satu bagian saja dari sistem ini atau kerusakan apa pun akan menjadikan keseluruhan proses tidak bekerja.
Unsur terkecil dari sumsum tulang adalah keping-keping darah atau trombosit. Sel-sel ini merupakan unsur terpenting dalam pembekuan darah dengan bantuan protein (faktor Von Willebrand) memastikan agar keping-keping ini tidak membiarkan tempat luka terlewati. Keping-keping yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang mengumpulkan keping-keping lain yang tak terhingga banyaknya di tempat yang sama. Sel-sel tersebut akhirnya menopang luka terbuka itu. Keping-keping tersebut mati setelah menjalankan tugasnya menemukan luka. Pengorbanan diri ini hanyalah satu bagian dari sistem pembekuan dalam darah.
Mekanisme yang efisien dan cepat untuk menghentikan perdarahan dari lokasi kerusakan pembuluh darah sangat penting dilakukan untuk bertahan hidup. Walaupun demikian, respons seperti itu harus dikendalikan secara ketat untuk mencegah terbentuknya bekuan yang luas dan untuk memecah bekuan tersebut setelah kerusakan diperbaiki. Oleh karena itu, sistem hemostasis mencerminkan keseimbangan antara mekanisme prokoagulan dan antikoagulan yang dikaitkan dengan proses fibrinolisis. Kelima komponen utama yang terlibat adalah trombosit, faktor koagulasi, inhibitor koagulasi, fibrinolisis, dan pembuluh darah.
Trombin adalah protein lain yang membantu proses pembekuan darah. Zat ini hanya dihasilkan di tempat yang terluka. Jumlahnya tidak boleh melebihi atau pun kurang dari yang diperlukan, dan juga harus dimulai dan berakhir tepat pada waktu yang diperlukan. Lebih dari dua puluh jenis zat kimia tubuh (enzim) berperan dalam pembentukan trombin. Enzim-enzim tersebut dapat merangsang perbanyakan trombin maupun menghentikannya. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang begitu ketat sehingga trombin hanya terbentuk saat benar-benar ada luka sesungguhnya pada jaringan.
Segera setelah enzim-enzim pembekuan darah tersebut mencapai jumlah yang memadai di dalam tubuh, fibrinogen yang terbuat dari protein-protein pun terbentuk. Dalam waktu singkat, sekumpulan serat membentuk jaring, yang terbentuk di tempat keluarnya darah. Sementara itu, keping-keping darah yang sedang meronda, terus-menerus terperangkap dan menumpuk di tempat yang sama. Gumpalan darah beku menyumbat luka yang terbentuk akibat penumpukan ini. Ketika luka telah sembuh, gumpalan tersebut akan hilang.





2.Rumusan Masalah

v  Pengertian Hemostasis?
  v     System apa saja dalam hemostasis?
  v     Apa itu fibrinolisis?
v     Bagaimana mekanisme Hemostatis?
v Mekanisme yang menghentikan perdarahan (hemostasis)?
  v     Bagaimana cara untuk uji hemostasis dan penafsiranya?
  v     Kelainan-kelainan apa saja dalam system hemostasis?
3.TUJUAN
  v     Untuk mngetahui system yang berperan dalam hemostasis
  v     Untuk mengetahui arti fibrinolisis dan proses terjadinya
  v     Untuk mengetahui mekanisme koagulasi fibrinolisis
  v     Untuk mengetahui cara uji hemostasis dan penafsirannya
  v     Untuk mengetahui kelainan-kelainan dalam system hemostasis.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Hemostatis
Hemostasis adalah penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak, agar tejadi perdarahan dari pembuluh darah dan tekanan dalam pembuluh darah harus lebih besar dari pada tekanan di luar untuk mendorong darah melalui kerusakan tersebut atau Hemostasis dan pembekuan adalah serangkaian kompleks reaksi yang mengakibatkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan bekuan trombosit dan fibrin pada tempat cedera. Pembekuan disusul oleh resolusi atau lisis bekuan dan regenerasi endotel. Pada keadaan homeostasis, hemostasis dan pembekuan melindungi individu dari perdarahan masif sekunder akibat trauma. Dalam keaadaan abnormal, dapat terjadi perdarahan atau trombosis dan penyumbatan cabang-cabang vaskular, yanag dapat mengganggu sistem tubuh lainnya.
2.2. Ada beberapa system yang berperan dalam hemostasis adalah:
1.   Sistem Vasculer
Peran system vascular dalam mencegah pendarahan meliputi kontraksi pembuluh darah(Vasokontriksi) serta aktivitas trombosit dan pembkuan darah.Apabila pembuluh darah mengalami luka,akan terjadi vaskonstriksi yang mula-mula secara reflektoris dan kemudian akan di pertahankan oleh faktor local seperti 5-hidroksitriptamin (5-HT,serotonin) dan epinefrin.
Vasokonstriksi ini akan menyababkan pengurangan aliran darah pada daerah  yang luka.Pada pembulu darah kecil hal ini mungkin dapat menghentikan pendarahan,sedangkan pada pembulu darah besar masih diperlukan sistim-sistim lain selain trombosit dan pembekuan darah.Pembuluh darah dilapisi oleh sel enofel.Apabila lapisan endofel rusak maka jaringan ikat dibawah endofel seperti serat kolagen,serat elastin,membrana basalis terbuka sehingga terjadi aktivitas trombosit yang menyebabkan adhesi trombosit dan pembentukan sumbat trombosit disamping itu terjadi aktivitas factor
Pembekuan darah baik jalur intrinsic maupun jalur ekstrinsik yang menyebabkan pembentukan fibrin.

2.   Sistem Trombosit.
Trombosit mempunyai peran penting dalam hemostasis yaitu:
      Melindungi pembuluh darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi sehari-hari.
      Mengawali pembuluhan luka pada dinding pembuluh darah.
      Strabilisis fibrin.

Pembentukan sumbat trombosit terjadi melalui beberapa tahap yaitu adhesi trombosit,agregasi trombosit dan reaksi pelepasan.
Dalam melaksanakan fungsi hemostasis,trombosit menunjukan beberapa macam aktivitas yaitu:
      a)      Perlekatan trombosit pada kolagen dan elastin jaringan subendotel bila terjadi luka pada endotel pembuluh darah.
      b)      Proses penglepasan terjadi setelah perlekatan.Pada proses ini granula trombosit  melepaskan isi yang terdiri atas ADP,ATP,serotin disusul dengan pelepasan enzim lisozom dan factor trombosit yang bersifat anti heparin.
      c)      Akibat dilepasnya ADP,trombo berubah dan membentuk pseudopodia kemudian saling belekatan dan menggumpul(agregasi) disusul oleh pelepasan lebih banyak ADP dan pembentukan tromboksan AZ sehingga bersama-sama dengan sejumlah serotonin mengakibatkan agregasi trombo yang ireversibel.
      d)      Membaran trombo mengandung  baik posfolipit,satu diantaranya adalah factor trombo yang meningkatkan proses interaksi diantara factor koagulasi,ini sangat membantu pembnetukan fifbrin,
e)      Retraksi bekun terjadi karena trombo protein yang dapat mengerut dan disebut an trombositein.

3.   Sistem  Pembekuan Darah.
Fibrin,suatu protein bersifat gelatin yang merupakan hasil akhir dari proses pembekuan mudah dilihat baik dalam jaringan maupun dalm tabung reaksi .Perubahan fibrinogen menjadi fibrin merupakan tahap akhir dari satu rangkaian infeksi rangkaian interaksi protein.
Faktor-faktor pembekuan:
  v     Faktor I :disebut fibrinogen,merupakan glikoprotein dibentuk dihati.Kadar normal dalam plasma antara 150-400 mg/dl,masa paruhnya 3,5-4 hari,merupakan sub unit fibrin.
  v     Faktor II :disebut protrombin,merupakan glikoprotein dibentuk di hati,untuk pembentukan  vit K,sifatnya tahan panas,berada dalam serum setelah plasma membeku masa paruhnys 2,5-3 hari.
  v     Faktor III : disebut tromboplastin jaringan,bersifat meningkatkan pembentukan bekuan,banyak terdapat dijaringan otak,paru-paru,dan placetan.
  v     Faktor IV : adalah ion Ca++ yang diperlukan pada proses aktivitas factor 1+& x.Untuk koagulasi diperlukan sedikitnya 2,5 mg/dl.Ca diikat oleh antikoagulan sitrat,oxalate,dan ETDA: tidak berfungsi pada proses koagulasi.
  v     Faktor V : disebut proekselein atau  factor labil,dibentuk dihati,waktu paruhnya 15 jam.
     v     Faktor VI : istilah ini tidak pernah digunakan.
  v     Faktor        VII : disebut prokonvertin,autoprotrombin I atau serum prothrombin conversion accelerator (SPCA).dibentuk dihati,memerlukan vit K masa paruh 5 jam.
  v     Faktor VIII :di dalam plasma terdapat suatu kompleks protein yang terdiri atas :protein dengan berat molekul rendah dan protein lain dengan berat molekul tinggi.
v     Faktor IX : disebut komponen tromboplastin plasma (PTC).dibentuk dihati,memerlukan vit K.
v     Faktor X :disebut factor stuart (stuart-prower),disebut dihati,butuh vit K.masa paruh +/- 40 jam.
v     Faktor XI : disebut plasma thromboplastin antecedent (PTA),tidak butuh vit K.Stabil   dalm plasma/serum simpan.
v    Faktor XIII : disebut factor Hageman,terdapat baik dalam plasma maupun serum dalam konsentrasi amat rendah,masa paruh 2 hari.
v    Faktor XIII :merupakan factor stabilisasi fibrin dan disebut fibrinase.Pembentukannya melibatkan hati dan megakartosit,masa paruh 5-10 hari.



2.3. Fibrinolisis
Fibrinolisis adalah : proses penghancuran deposit fibrin oleh system fibrinolitik sehingga aliran darh akan terbuka kembali system fibrinolitis terdiri atas 4 komponen yaitu:
Ø      Proaktivator plasminogen: terdapat dalm sirkulasi yang kemudian diubah oleh factor XII menjadi activator plasminogen.
Ø      Aktifator plasminogen:protein ini bereaksi dengan plasminogen membentuk plasmin,diproduksi oleh macam-macam jaringan termasuk jaringan pembuluh darah (endotel) dan pada umumnya merupakan enzim proteolitik.
Ø      Plasminogen : merupakan protein plasma (pro-enzim) dengan kadar 0,1-0,2 gr/l dan masa paruh sekitar 40 jam.dibentuk dihati dan eosinofil dalam sutal.Plasminogen diubah menjadi plasmin oleh activator plasminogen.

Ø      Plasmin adalah suatu enzim proteolitik yang dapat menghidrolisis fibrinogen dan fibrin dan menghasilkan fibrin/fibrinogen degradation product(FDP).
2.4. Mekanisme koagulasi dan fibrinolisis:
1.   Mekanisme Koagulasi
Aktivitas factor koagulase dapat terjadi melalui dua jalur yaitu:jalur intrinsic dan jalur ekstrinsik.Aktivitas kedua jalur tersebut pada akhirnya akan mengaktivasi factor X menjadi Xa.tahap-tahap aktivitas selanjutnya disebut jalur bersama.
Mekanisme koagulasi berlangsung secara bertahap & demikian rupa sehingga setelah satu factor diubah menjadi bentuk aktif,demikian selanjutnya hiingga proses koagulasi dan pembentukan fibrin berlangsung menyerupai cas-cade atau air terjun.
Efek pada salah satu tahap mengakibatkan:
a)      Koagulasi berlangsung dengan kecepatan abnormal
      b)      Hambatan untuk menjadi reaksi tahap berikutnya
c)      Waktu yang diperlukan untuk pembentukan fibrin lebih panjang
d)      Pendarahan berlangsung lebih lama.



2.   Mekanisme Fibrinogen
Fibrin yang dibentuk pada proses koagulasi secara perlahan-lahan dihancurkan melalui mekanisme bertahap analog demgam system koagulasi.Dalam keadaan normal fibrinolisis diperlukan untuk rekanalisasi pembuluh yang tersumbat dan supaya pembentukan sumbat dibatasi.
Fibrinolisis terjadi oleh plasmin yang bersifat enzim proteolitik (serin protease) yamg memecah fibrin menjadi fragmen-fragmen yang disebut fragmen  X-selain memecah fibrin,plasmin juga memecah fibrinogen dn menghasilkan fragmen yanh sama.Pemecahan fragmen X selanjutnya menghasilkan fragmen Y & D.Fragmen ini disebut fibrin/fibrinogen degradation product (FDP).Pembentukan plasma aktif yang merupakan selain protease terjadi melalui berbagai mekanisme.Aktifitas plasminogen juga berlangsung dengan perantaraan activator plasminogen yang berasal dari berbagai jaringan diantaranya pembuluh darah.

2.5. Mekanisme yang menghentikan perdarahan (hemostasis) terdiri atas tiga fase :
1.    Fase vaskuler
Pembuluh yang cedera segera berkontriksi. Spasme pembuluh darah ini sudah mencukupi pada perdarahan kapiler.
2.    Fase trombosit
Trombosit akan teragregasi di sekitar tempat perdarahan. Sel kecil ini dengan cepat tertarik ke endotelium yang cedera dan membentuk sumbatan longgar. Sumbatan trombosit efektif menghentikan perdarahan dari pembuluh darah kecil seperti venula yang merupakan perlindungan sementara pada cedera yang lebih besar. Penghentian perdarahan luka vaskuler yang lebih sempurna dan permanen dihasilkan melalui pembekuan darah, dengan mase seperti gel, lengket, dan efektif mengontrol perdarahan pada umumnya.
3.    Fase koagulasi
Dimulai dari jaras instrinsik meupun ekstrinsik. Reaksi berantai dan berurutan teraktifasi mendorong terjadinya agregasi trombosit lebih lanjut. Fungsi lainnya adalah mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Benang-benang fibrin kemudian terbentuk di sela-sela sumbatan trombosit, memperkuat sumbatan tersebut, dan membentuk bekuan yang lebih besar. Hasilnya pembuluh yang rusak akan tertambal dan aliran darah di daerah itu akan melambat.
Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah ditransformasi menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah.
Pada pembekuan darah yang terjadi adapun factor-faktor pembekuan darah antara lain
  • F.I = FIBRINOGEN, merupakan prekursor fibrin (protein terpolimerasi)
  • F.II = PROTROMBIN, merupakan prekursor enzim proteolitik trombin dan mungkin akselerator lain pada konversi protrombin.
  • F.III = TROMBOPLASTIN JARINGAN, aktifator lipoprotein jaringan pada protrombin
  • F.IV=ION CA, diperlukan untuk aktivasi protombin dan pembentukan
    fibrin
  • F.V. = PROAKSELERIN, merupakan akselerator plasma globin : suatu factor plasma yang mempercepat konversi protrombin menjadi thrombin.
  • F.VI. = BENTUK AKTIP F.V.
  • F.VII = PROKONVERTIN, akselator konversi protombin serum : suatu
    faktor serum yang mempercepat konversi protombin
  • F.VIII = ANTI HEMOFILIK FAKTOR (AHG), suatu faktor plasma yang berkaitan dengan factor III trombosit dan factor Christmas (IX), mengaktivasi protmrombin
  • F.IX = CHRISTMAS FAKTOR, faktor serum yang berkaitan dengan faktor-faktor trombosit III dan VIIIAHG, mengaktifasi protombin.
  • F.X = STUART PROWER FAKTOR, suatu faktor plasma dan serum ,
    akselerator konversi protombin
  • F.XI = PLASMA TROMBOPLASTIN ANTECEDENT, akselator pembentukan thrombin.
  • F.XII = HAGEMEN FAKTOR, suatu faktor plasma, mengaktifasi faktor XI
  • F.XIII = FIBRINASE FAKTOR, mengaktifasi bekuan fibrin yang lebih kuat.


2.5.1. Peristiwa-pristiwa hemostasis
Sistem Hemostasis pada dasarnya terbentuk dari tiga kompartemen hemostasis yang sangat penting dan sangat berkaitan yaitu trombosit, protein darah dan jaring-jaring pembuluh darah. Agar terjadi peristiwa hemostasis yang normal, trombosit harus mempunyai fungsi dan jumlah yang normal. Sistem protein darah sangat berperan penting tidak hanya sebagai protein pembekuan akan tetapi sangat berperan dalam dalam fisiologi perdarahan dan trombosis.
Pembuluh darah sangat besar peranannya dalam sistem hemostasis. Dinding pembuluh darah terdiri dari tiga lapisan morfologis: intima, media, dan adventitia. Intima terdiri dari:
(1) selapis sel endotel non trombogenik yang berhubungan langsung dengan pembuluh darah dan
(2) membran elastik interna. Media dibentuk oleh sel otot polos yang ketebalannya tergantung dari jenis arteri dan vena serta ukuran pembuluh darah.
Adventitia terdiri dari suatu membran elastik eksterna dan jaringan penyambung yang menyokong pembuluh darah tersebut. Gangguan pembuluh darah yang terjadi seringkali berupa terkelupasnya sel endotel yang diikuti dengan pemaparan kolagen subendotel dan membran basalis. Gangguan ini terjadi akibat asidosis, endotoksin sirkulasi, dan komplek antigen/antibodi sirkulasi.
Fungsi pembuluh darah meliputi permiabilitas yang apabila meningkat akan berakibat kebocoran pembuluh darah fragilitas yang apabila meningkat menyebabkan pecahnya pembuluh darah dan vaso konstriksi yang menyebabkan sumbatan vaskuler.
Rangkaian peristiwa pada hemostasis pada lokasi jejas vaskula adalah sebagai berikut:
  • Setelah jejas awal terjadi, terdapat periode vasokonstriksi arteriol yang singkat, sebagian besar disebabkan oleh mekanisme refleks neurogenik dan diperkuat oleh sekresi lokal faktor seperti endotelin (vasokonstriktor kuat yang berasal dari endothel). namun efeknya berlangsung sesaat dan perdarahan akan terjadi kembali karena efek ini tidak dimaksudkan untuk mengaktivasi trombosit dan sistem pembekuan.
  • Jejas endothel juga membongkar matriks ekstraselular (ECM) yang sangat trombogenik, yang memungkinkan trombosit menempel dan menjadi aktif, yaitu mengalami suatu perubahan bentuk dan melepaskan granula sekretoris. Dalam beberapa menit, produk yang disekresikan telah merekrut trombosit tambahan (agregasi) untuk membentuk sumbat hemostatik (kejadian ini merupakan proses hemostasis primer).
  • Faktor jaringan, suatu faktor prokoagulan dilapisi membran yang disintesis oleh endothel, juga dilepaskan pada lokasi jejas. Faktor ini bekerja bersama dengan faktor trombosit yang disekresikan untuk mengaktifkan kaskade koagulasi, dan berpuncak pada aktivasi trombin. Selanjutnya trombin akan memecah fibrinogen menjadi fibrin. Trombin juga menginduksi rekrutmen trombosit dan pelepasan granula lebih lanjut. Rangkaian hemostasis sekunder ini memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan pembentukan sumbatan trombosit awal.
  • Fibrin terpolimerisasi dan agregat trombosit membentuk suatu sumbat permanen yang keras guna mencegah pendarahan lebih lanjut. Pada tahapan ini, mekanisme kontra-regulasi (misalnya t-PA (tissue Plasminogen Activator) digerakkan untuk membatasi sumbat hemostatik pada lokasi jejas.
Apabila cuaca panas, sistem kulit akan merespon dengan mengeluarkan peluh melalui kelenjar keringat pada epidermis kulit untuk mencegah suhu darahnya meningkat, pembuluh darah akan mengembang untuk mengeluarkan panas ke sekitarnya, hal ini juga menyebabkan kulit berwarna merah.
Apabila kadar glukosa dalam darah telah habis atau berkurang dari jumlah tertentu, hati akan dirangsang oleh insulin untuk mengubah glikogen menjadi glukosa supaya dapat digunakan sebagai tenaga untuk kontraksi otot.
2.5.2.   Mekanisme pembekuan darah
Pembekuan darah adalah proses yang terjadi ketika komponen cairan darah ditransformasi menjadi material semisolid yang di namakan bekuan darah. Bekuan darah tersusun terutama oleh sel-sel darah yang terperangkap dalam jaringan-jaringan fibrin. Fibrin di bentuk oleh protein dalam plasma melalui urutan reaksi yang kompleks.
Berbagai faktor terlibat dalam tahap-tahap reaksi pembentukan fibrin. Faktor pembekuan darah terdiri dari jalur ekstrinsik dan instrinsik. Apabila di jaringan terjadi trauma, jalur ekstrinsik akan diaktivasi dengan pelepasan substansi yang dinamakan tromboplastin. Sesuai reaksi, protrombin mengalami konversi menjadi trombin, yang pada gilirannya mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Kalsium (faktor IV) merupakan kofaktor yang di perlukan dalam berbagai reaksi ini. Pembekuan darah melalui jalur instrinsik diaktivasi saat lapisan kolagen pembuluh darah terpajan. Faktor pembekuan kemudian secara berurutan akan diaktifkan seperti halnya jalur ekstrinsik, sampai pada akhirnya terbentuk fibrin. Meskipun lebih lama, urutan kejadian ini yang lebih sering terjadi pada pembekuan darah in vivo.
Jalur instrinsik juga bertanggungjawab dalam permulaan pembekuan darah yang terjadi akibat bersentuhan dengan bahan asing lainnya, seperti apabila darah di ambil dan di masukan ke dalam tabung. Oleh sebab itu, antikoagulan sering harus ditambahkan dalam tabung reaksi ketika mengambil spesimen darah untuk di uji diagnostik. Antikoagulan yang biasa digunakan bisa berupa sitrat, yang akan mengikat kalsium plasma, atau heparin yang mencegah konversi protrombin menjadi trombin. Sitrat tidak dapat digunakan sebagai antikoagulan in vivo karena ikatan kalsium plasma dapat menyebabkan hipokalsemia dan kematian. Heparin dapat digunakan secara klinis sebagai antikoagulan. Hepairin juga digunakan secara klinis sebagai antikoagulan dengan menghambat produksi berbagai faktor pembekuan plasma.
Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat pendarahan berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras, dan luka pun pulih seketika
Keping darah atau trombosit, yang merupakan unsur berukuran paling kecil penyusun sumsum tulang, sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Protein bernama faktor Von Willebrand terus-menerus mengalir dan berlalu-lalang ke seluruh penjuru aliran darah. Protein ini berpatroli, dengan kata lain bertugas memastikan bahwa tidak ada luka yang terlewatkan oleh trombosit. Trombosit yang terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang dapat mengumpulkan trombosit-trombosit lain di tempat tersebut. Sel-sel trombosit ini kemudian memperkuat luka yang terbuka tersebut. Trombosit lalu mati setelah melakukan tugas menemukan tempat luka.
Trombin adalah protein lain yang membantu pembekuan darah. Zat ini dihasilkan hanya di tempat yang terluka, dan dalam jumlah yang tidak boleh lebih atau kurang dari keperluan. Selain itu, produksi trombin harus dimulai dan berakhir tepat pada saat yang diperlukan. Dalam tubuh terdapat lebih dari dua puluh zat kimia yang disebut enzim yang berperan dalam pembentukan trombin. Enzim ini dapat merangsang ataupun bekerja sebaliknya, yakni menghambat pembentukan trombin. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang cukup ketat sehingga trombin hanya terbentuk saat benar-benar terjadi luka pada jaringan tubuh. Segera setelah enzim-enzim pembantu proses pembekuan darah tersebut mencapai jumlah yang cukup, kumpulan protein yang disebut fibrinogen terbentuk. Dalam waktu singkat, terbentuklah benang-benang yang saling bertautan, saling beranyaman dan membentuk jaring pada tempat keluarnya darah. Sementara itu, trombosit atau keping-keping darah yang sedang bertugas tanpa henti, terperangkap dalam jaringan dan mengumpul di tempat yang sama. Apa yang disebut dengan gumpalan darah beku adalah penyumbat luka yang terbentuk akibat berkumpulnya keping darah yang terperangkap ini. Ketika luka telah sembuh sama sekali, gumpalan tersebut akan hilang.
Bekuan yang terbentuk dalam tubuh dapat larut oleh karena kerja fibrinolitik yang terdiri atas plasmin dan berbagai enzim proteolitik. Melalui kerja sistem ini, bekuan dilarutkan ketika jaringan mulai menyembuh, dan sistem vaskular  ke keadaan dasar normal.

2.5.3.   Keadaan yang menyebabkan perdarahan hebat pada manusia
Ø  DIC merupakan kelainan perdarahan yang mengancam nyawa, terutama di sebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis bakterial. Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan melepaskan faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negatif akan mengaktivasi beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombin dan emboli pada mikrovaskuler. Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai jumlah trombosit yang terus menerus menyebabkan perdarahan dan terjadi efek antihemostatik dari produk degradasi fibrin.
Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer dengan istilah Disseminated Intravascular Coagulation(DIC) merupakan diagnosis kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan koagulopati konsumtif yang parah.
Ø  Plasenta previa, merupakan suatu keadaan plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Apabila ini terjadi pada masa kehamilan dapat menyebabkan perdarahan hebat yang memungkinkan dilakukan histerektomi.
2.5.4.   Keadaan tromboemboli pada manusia
Tromboemboli dapat terjadi diman saja sepanjang pembuluh darah kita. Apabila terjadi luka atau pembuluh darah pecah karena sebab lain (dinding yang tipis/tekanan yang kuat) maka terbentuklah trombus melalui serangkaian mekanisme pembekuan darah. Pada luka di kulit, darah yang membeku tampak menutup dari luar, tampak coklat dan teraba keras. Jika pecahnya pembuluh darah terjadi didalam tubuh, maka bekuan tersebut menutup dari dalam pembuluh darah da membentuk dinding baru (sehingga diding menjadi lebih tipis dan agak menonjol / tidak rata). Sewaktu-waktu bekuan tersebut bisa lepas kembali (emboli) karena liran darah bersifat kontinue atau terus menerus, sehingga terjadiah penyumbatan jika bekuan sampai pada pembuluh darah yang lebih kecil. Tromboembli bisa juga berupa udara, misalnya pada pemasangan infus yang tidak hati-hati dapat terjadi msuknya udara ke pembuluh darah. Biasanya tromboemboli bersifat patal jika mengenai  jantung. Tromboemboli dapat juga tersangkut di pru-paru serta menghalangi aliran darah, yang dikenal dengan emboli paru-paru. Pasien dengan emboli paru-paru akan merasakan nyeri dada dan memngalami kesuitan bernafas. Jika tidak ditangani, tromboeboli dapat menyebabkan kematian.
      Berdasarkan tri tunggal virchow, trombosis vena terjadi karena adanya perlambatan aliran atau statis darah, kerusakan pada dnding pembuluh darah, dan adanya peningkatan kecenderungan gumpalan darah (hiperkoagubilitas). Apabila salah sat dari ketiga faktor ini tidak ditemukan atau tidak ada, trombosis vena tidak terjadi.
      Di eropa terdapatnya bekuan darah dipebuluh vena merupakan penyebab kematian dibandingkan dengan penyakkit AIDS, kanker payudara, kanker prostat, dan kombinasi kecelakaan. Selain itu tromboemboli vena menyebabkan kematian lebih dari 500.000 orang di eropa setiap tahunnya. 
      Gejala trombsis vena dalam yaitu nyeri tungkai, nyeri sentuh, kram, kemerahan pada kulit, kulit terasa hangat, dan bengkak. Sedangkan gejala emboli paru yaitu tidak bisa bernafas secara tiba-tiba, batuk darah, nyeri dada, gelisah, dan pingsan. Bahkan pada sebagian besar pasien dengan tromboembli vena tidak memiliki gejala-gejala tersebut. Sehingga pencegahan  merupakan hal terbaik untuk mengurangi resiko terjadinya penyakit ini. 
Istilah penyakit tromboemboli mencerminkan hubungan antara thrombosis, yaitu proses pembentukan bekuan darah, dan resiko emboli yang selalu ada. Seringkali tanda pertama thrombosis vena adalah emboli paru. Angka mortalitas dan morbiditas akibat emboli paru menyebabkan pengobatan thrombosis vena profunda ditekankan pada pencegahan emboli. Sebagai akibatnya, kedua proses tersebut saling berkaitan. (Sylvia, 2006)


2.5.5    Pencegahan pembekuan darah diluar tubuh
1.    Pengumpulan darah dalam wadah disilikonisasi yang mencegah aktivasi kontak bagi factor XI dan XII yang memulai mekanisme pembekuan instrinsik.
2.    Mencampur heparin dengan darah
3.    Menurunkan ion kalsium di dalam darah. Misalnya senyawa oksalat yang dapat larut yang dicampur dalam jumlah yang sangat sedikit dengan contoh darah dapat menyebabkan pengendapan kalsium oksalat dari plasma, sehingga menghambat pembekuan darah. Zat pengionisasi kalsium juga telah digunakan untuk mencegah pembekuan darah termasuk natrium ammonium atau kalsium sitrat (EDTA) . senyawa ini mengikat kalsium dalam darah untuk menyebabkan senyawa kalsium tak terionisasi dan tak adanya ion kalsium mencegah pembekuan darah. Anti koagulan sitrat mempunyai keuntungan sangat penting atas antikoagulan oksalat karena oksalat bersifat toksik bagi tubuh, sedangkan sejumlah kecil sitrat dapat disuntikkan intra vena. Setelah penyuntikan, ion sitrat disingkirkan dari darah dalam beberapa menit oleh hati, dipolimerisasi menjadi glikosa dan kemudian dimetabolisme dengan cara yang biasa. Akibatnya 500ml darah yang telah dibuat tak dapat membeku dengan natrium sitrat biasanya dapat disuntikkan ke resipien dalam beberapa menit tanpa akibat yang mengerikan. Sehingga sitrat menjadi antikoagulan yang digunakan pada transfusi darah
2.5.6.  Tes-tes pembekuan darah
Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak, vitamin ini tahan panas namun rusak dalam asam. Vitamin K sangat penting dalam mengaktifkan beberapa jenis protein yang berperan dalam proses pembekuan darah.
Kekurangan vitamin K bisa mengarah pada gangguan pembekuan darah dan meningkatkan perdarahan. Untuk mengetahui apakah kita kekurangan vitamni K

bisa diketahui dengan TES OSTEOKALSIN, yang secara langsung bisa menunjukan kadar vitamin K dalam tubuh.
Ø  Hitung sel darah lengkap (CBC) meliputi penghitungan jumlah sel darah putih, sel darah merah, trombosit permililiter kubik darah vena, begitu pula hitung jenis, persentase setiap jenis sel berinti dalam darah (misalnya persentase polimorfonuklear, persentase limfosit)
Ø  Hitung retikulosit meliputi persenrase limfosit muda (usia 1-2 hari) tidak berintidalam darah perifer diketahui dengan pewarnaan khusus apusan darah karena hanya sel yang mengandung inklusi inti yang mengandung RNA.
Ø  Elektroforesis hemoglobin meliputi setetes darah diletakkan pada medium solid dipajankan pada medan listrik pada saat di rendam dalam larutan penyangga . berbagai hemoglobin berbeda berjalan dengan kecepatan berbeda, tergantung muatan listriknya. Pada akhir prosedur, kertas atau gel tadi diwarnai sehingga masing-masing hemoglobin pada tiap sempel dapat diidentifikasi.
Ø  Uji sickling meliputi setetes darah dicampur dengan setetes bahan pereduksi (natrium metabisulfit). Zat ini akan melepaskan oksigen dari sel darah merah dan merangsang sickling (pembentukan sabit) bila terdapat hemoglobin S. Pembentukan sabit sel darah merah diamati di bawah mikroskop dalam 30 menit setelah darah diambil dari individu yang mempunyai trait atau yang menderita anemia sel sabit. Sel darah normal tidak akan mengalami perubahan.
Ø  Alkalin fosfatase lekosit (LAP) adalah enzim yang dalam kadar tinggi terdapat dalam granula netrofil. Apusan darah tepi diberi pewarnaan khusus digunakan untuk memperkirakan jumlah LAP yang terdapat dalam setia sel. Nilai normalnya 20 sampai 30. Pasien leukemia mielogen kronis yang tidak diobati mempunyai nilai di bawah 20, dan uji ini amat berguna membantu diagnosa CML.
Ø  Uji coomb menentukan adanya imun globulin (sebagai antibodi) pada permukaan eritrosit (uji coomb langsung) atau dalam plasma (uji coomb tidak langsung)
Ø  Waktu perdarahan meliputi uji penyaringan untuk kelainan fungsi trombosit. Merupakan waktu yang dihitung dari mulainya dilakukan perlukaan kulit standart sampai berhentinya perdarahan, biasanya di lengan bawah. Waktu yang memanjang menunjukan adanya defek trombosit yang diturunkan maupun didapat misalnya penyakit von Willebrand atau pemakain aspirin.
Ø  Agregasi trombosit meliputi pengukuran waktu terbentuknya agregat trombosit secara lengkap dalam sample plasma, setelah penambahan bahan seperti epinefrin atau ADP.
Ø  Waktu protrombin meliputi pengukuran aktivitas koagulasi sistem “ekstrinsik” meliputi fibrinogen, protrombin, dan faktor  V, VII, dan X. Digunakan untuk memantau terapi derivat coumarin, begitu juga sebagai penyaring untuk penyakit hati.
Ø  Waktu tromboplastin parsial, suatu uji defisiensi semua faktor pembekuan plasma kecuali faktor VII dan faktor XIII. Biasanya dianggap memanjang jika kadar faktornya berkurang 30% dari normalnya. Biasanya digunakan untuk memantau terapi heparin.
2.6. UJI HEMOSTASIS DAN PERNAFSIRAN
Kelainan hemostasis dapat terjadi bila:
v     Efek atau efisiensi prokoagulan baik,maupun congenital didapat
v    Inhibitor faktor koagulan berlebihan
v    Fibrinolisis berlebihan
v  Disfungsi trombosit.

Dengan banyaknya faktor yang terlibat dalam proses hemostasis,tidak ada satu pengujian tinggal dapat menguli semua aspek hemostasis.Beberapa ahli menganjurkan uji penyaring yang berbeda.Salah satunya yang dianjurkan oleh Dacie dan Lewis adalah:
v     Penetapan masa pendarahan.
v     Penetapan tromboplastin partial (PTT) dan masa tromboplastin partial teraktivasi (APTT).
v     Penetapan masa  protrombin (PT0) penetapan masa trombin.
v     Hitung trombosit dan penilaian sediaan apus darah tepi.

I.Uji Trombosit
a)      Penetapan Masa Pendarahan.
Pendarahan yang abnormal merupakan salah satu indicator adanya kelainan trombosit,baik kualitatif maupun kuantitatif.Penetapan masa pendarahan cara IVY di lakukan demgan membuat luka pada kulit biasanya pada voler lengan bawah dengan hemolet dengan kedalaman 3mm,darah yang keluar diisap setiap 30 detik.Cara yang terbaik adalah cara template,namun karena keterbatasannya cara ini masih digunakan sebagai penyaring.Nilai normal masa pendarahan 1-6 menit.Masa pendarahan memanjang bila jumlah trombo turun hingga dibawah 100.000/mm3.
b)      Hitung Trombosit
Dengan cara memeriksa sediaan apus darah tepi,jumlah trombo di dianggap cukup bila dalam tiap lapangan imersi dijumpai2-3 trombo.Cukup yang lebih baik adalah menghitung jumlah trombo secara absolute,dengan kamar hitung,dan alat penghitung elektronik.Jumlah trombosit normal 150.000-450.000/mm3.


c)      Retraksi Bekuan
Trombo berfungsi dalam retraksi bekuan agar bekuan lebih padat,disfungsi trombo menyebabkan retraksi bekuan terganggu.Kecepatan retraksi & kelengkapan retraksi yang dinyatakan dengan volume serum yang diperas dan kekenyalan bekuan merupakan petunjuk tentang fungsi trombo.Uji trombo dengan cara ini banyak kelemahannya,adalah:
Ø      Penderita anemia dengan nilai hematokrit rendah menunjukan bekuan yang kecil dan volume serum besar.Sebaliknya penderita polisitemia menunjukan gangguan retraksi bekuan karena jumlah eritrosit yang besar dan di perangkap dalam fibrin akan menghambat fibrin mengerut.
Ø      Bila kadar fibrinogen rendah,bekuan yang terbentuk sangat rapuh sehingga mudah pecah pada saat retraksi.
d)      Agregasi Trombosit.
Dapat diukur dengan membubuhkan  zat-zat seperti kolagen,edenosine diphospale (ADP),epinefrin ata trombin  ke dalam plasma kaya trombo (platelet rich plasma=PRP).
Kesulitan dalam menafsirkan hasil pengujian ini adalah:
v     Beberapa kelainan fungsi trombo congenital  menunjukan respon yang berbeda terhadap aggregator yang digunakan pada pengujian
v     Berbagai jenis obat sering mengganggu agregasi trombosit beberapa hal yang dapat mengganggu trombo adalah asparin,uremia,penyakit hati berat dan proteinemia.

2.   Uji Fungsi Koagulasi dan Fobrinolisis
Dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
v  Penetapan masa pembekuan dengan cara Lee & White.
v  Penetapan protrombin
v  Penetapan masa tromboplastin parsial (PTT) dan massa tromboplastin persial teraktivitasi (Aptt).
v  Penetapan masa trombin.
v  Penetapanfaktor pembekuan.
v    Penetapan kadar fibrinogen.
v  Penetapan fibrin/fibrinogen degradation product(FDP)
v    Penetapan antagonis faktor bekuan.
v  Uji fungsi fibrinolisis.

2.7.KELAINAN FUNGSI HEMOSTASIS.
1.   Kelainan Vasculer.
Kelainan ini merupakan kelainan Vasculer,teleangiektasi hemoragika herediler.Kelainan vascular yang lebih sering dijumpai adalh kelainan didapat.
Beberapa diantaranya :
  v     Efek ketahanan dan permeabilitas pembuluh darah yang di tunjukan dengan kecendrungan mengalami pendarahan bawah kulit.
  v     Padapurpura anafilaktoid
  v     Keracunan obat,
  v     Terapi kortikosteriod jangka panjang atau pada usia lanjut.
Kelainan vaskuler menunjukan hasil pengujian fragilitas kapiler positif dan masa pendarahan memanjang.

2.   Kelainan Trombosit
Kelainan kuantitatif,adalah:
Ø      Trombositopenia yaitu penurunan jumlah trombosit yang berlebihan dalm darah.
Ø      Trombositosis yaitu peningkatan jumlah trombosit yang berlebihan dalam darah.
Ø      Kelainan fungsi trombosit dapat terjadi congenital yaitu kelainan membrane trombosit,kelainan granula atau kalainan pembentukan homboksan A2,yang dikenal adalah trombastenia Glan Z Mann dan Bernand-Soulier yang disebabkan kelaian membran trombosit.Kelainan.Kelainan fungsi trombo sekunder atau didapat,terutama karena obat-obatan.



3.   Kelainan Faktor Koagulasi.
A.     Kelainan Kongenital
AdA:
      Hemofilia A dan Hemofilia B.
Merupakan penyakit yang di turunkan dan hampir di jumpai pada pria (X linked resesif).Kedua penyakit secara klinis tidak dapat dibedakan,kecuali dengan pemeriksaan leb.
      Penyakit Von Willebrand (VWF).
Merupakan satu kelompok penyakit yang heterogen dengan cirri kelainan faktor Von Willebrand kuantitatif dan kualitatif.Peran utama faktor Von Willebrand adalah pada proses adhesi trombosit pada permukaan sabendotel pembuluh darah yang rusak,salah satu indikatornya adalah ketidak mampuan trombo melekat pada kaca.
      Afibrinogenemia dan disfribrinogenemia congenital,
Disebabkan oleh gangguan pembentukan fibrinogen,pada afbrinogenemia produksi fibrinogen terganggu dan pendarahan berlebihan timbul pada anak-anak bahkan sering pada bayi,sedangkan pada disfibrinogenemia terjadi pembentukan dengan kelainan strujtur sehingga berfungsi abnormal.

B.     Kelainan di dapat
Beberapa penyakit/keadaan dapat menyebabkan kelainan koagulasi secara sekunder diantaranya devisiensi vit K,penyakit hati,diskrasia sel plasma,dic dll.
C.     Disseminated intravascular coagulation (DIC).
Pada beberapa keadaan penyakit mungkin terjadi aktivitas proses koagulasi yang berlebihan tanpa diimbangi oleh proses fibrinolisis normal.Akibatnya adalah konsumsi faktor koagulasi dan trombo berlebihan dan pembentukan thrombus bukannya di tambah kerusakan tetapi menyebar diseluruh mikrosirkulasi,keadaan ini disebut DIC.Bernagai keadaan penyakit yang diduga sering menyebabkan DIC adalah:Solutio plasenta,sepsis,keganasan dengan nekrosis dll.Selain itu tindakan bedah atau persalinan,kegagalan sirkulasi khususnya ada asidosis yang menyebabkan peningkatan peremeabilitas kapiler dan penurunan kecepatan dan penurunan kecepatan aliran darah,dapat menimbulkan DIC.



4.   Evaluasi Fungsi Pemeriksaan Hemostasis.
Adanya kelainan hemostasis pertama diduga karena pendarahan yang berlebihan dan tidak sesuai dengan faktor yang menyebabkan pendarahan.Pada anamnesis dapat diinformasi mengenai lama dan beratnya pendarahan riwayat keluarga,obat-obatan yang pernah dimakan dll.
Pada pendarahan pada kelainan hemostasis primer berbeda dengan gangguan hemostasis sekunder.Pemeriksaan hemostasis dibagi menjadi 2 yaitu pemeriksaan penyaringan dan pemeriksaan khusus.Pemeriksaan penyaringan biasanya dilakukan pada pasien yang akan menjalani operasi,sedangkan bila sudah ada pendarahan  maka permintaan pemeriksaan hemostasis  didasarkan atas diagnosis klinis.Uji penyaringan fungsi hemostasis yang dianjurkan berbeda-beda tapi pada umumnya dilakukan penetapan jumlah trombosit,PT,PTT,Aptt,masa pendarahan dan masa trombin.Dengan uji penyaringan sudah dapat diperkirakan letak efek pada system hemostasis.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemostasis dan pembekuan adalah serangkaian kompleks reaksi yang mengakibatkan pengendalian perdarahan melalui pembentukan bekuan trombosit dan fibrin pada tempat cedera.
 Hemostasis merupakan peristiwa penghentian perdarahan akibat putusnya atau robeknya pembuluh darah, sedangkan thrombosis terjadi ketika endothelium yang melapisi pembuluh darah rusak atau hilang.
Pembekuan darah adalah proses dimana komponen cairan darah ditransformasi menjadi material semisolid yang dinamakan bekuan darah.
3.2.Saran
Pemeriksaan hemostasis penting sekali dilakukan sebelum pasien dioperasi untuk mencegah terjadinya pendarahan yang berlebihan pasca operasi dengan melihat garis keturunan dan riwayat pendarahan pada pasien.Pemeriksaan hemostasis dilakukan untuk mendukung diagnosis klinis dari seorang dokter





DAFTAR PUSTAKA
eferensikedokteran.blogspot.com/2010/08/hemostasis.html






No comments:

Post a Comment